Rupiah Menguat Saat The Fed Masih Galak, Ini Rahasianya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 June 2023 15:18
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (16/6/2023) setelah sebelumnya melemah dalam dua hari beruntun. Beberapa data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis kemarin membuat dolar AS sedikit mundur.

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.930/US$, menguat tipis 0,07% di pasar spot. Indeks dolar AS pada perdagangan Kamis anjlok hingga 0,8% ke 102,11, kurang dari 24 jam setelah bank sentral AS (The Fed) memberikan proyeksi yang hawkish.

Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sebelumnya sempat naik ke 103,37 merespon sikap The Fed. Namun, data ekonomi yang dirilis menunjukkan perekonomian Amerika Serikat mulai melambat, membuat indeks dolar AS berbalik arah.

The Fed dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis dini hari waktu Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%, tetapi memberikan sinyal akan ada kenaikan lagi di sisa tahun ini.

Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga merilis dot plot yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan lagi di sisa tahun ini.

Dot plot tersebut menunjukkan suku bunga bisa berada 5,6% atau di rentang 5,5% - 5,75%. Artinya, masih ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin.

Tidak hanya dinaikkan, suku bunga tinggi akan dipertahankan dalam waktu yang lama. Hal itu diungkapkan oleh ketua The Fed, Jerome Powell.

"Pemangkasan suku bunga akan tepat dilakukan saat inflasi turun secara signifikan. Dan sekali lagi, kita berbicara beberapa tahun ke depan," kata Powell.

Ia menambahkan, dalam dot plot bisa dilihat tidak ada satu anggota Komite (FOMC) yang menginginkan suku bunga akan dipangkas tahun ini.

Namun, jika data ekonomi AS terus menunjukkan pelambatan, dan inflasi juga melanjutkan tren penurunan ada kemungkinan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sekali lagi atau bahkan tidak menaikkan lagi. Jeda yang diberikan saat ini pun fungsinya untuk melihat dampak kenaikan suku bunga 10 kali beruntun dengan total 500 basis poin.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terpuruk! Rupiah Makin Dekat Rp 15.000/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular