Top! Laba Antam Q1 2023 Naik 13% Jadi Rp 1,66 T
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mengungkapkan bahwa terhitung hingga Kuartal 1 (Q1) 2023 laba tahun berjalan perusahaan mencapai Rp 1,66 triliun per 31 Maret 2023 atau tumbuh sebesar 13% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada Q1 2022 yang tercatat sebesar Rp 1,47 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Elisabeth RT Siahaan mengatakan bahwa kenaikan laba perusahaan pada Q1 2023 dibandingkan dengan Q1 2022 tersebut dinilai sebagai akan memberikan kinerja laba perusahaan yang cukup baik.
"Kinerja sampai dengan 31 Maret yang kita sudah announce, Rp 1,6 triliun. Sehingga kita yakin bahwa kinerja laba di tahun 2023 ini akan cukup baik," jelas Elisabeth pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Antam Tahun Buku 2022, di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (15/6/2023).
Selain itu, Elisabeth mengungkapkan salah satu alasan yang berhasil mencetak laba perusahaan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 adalah karena harga komoditas yang menurun sedangkan harga energi yang tinggi.
"Jadi untuk tahun 2023 kita cukup konservatif, bahwa target pendapatan kita mungkin tidak terlalu jauh apa yang kita capai di tahun ini. Dengan demikian juga target laba sama juga karena kita melihat harga komoditi turun sedangkan harga energi juga tinggi kita memproyeksikan semula di RKAP kita sangat rendah," tambah dia.
Adapun, pertumbuhan profitabilitas Antam pada Q1 2023 terlihat pada pencapaian laba kotor perusahaan yang mencapai Rp 2,85 triliun atau tumbuh 16% dibandingkan Q1 2022 yang sebesar Rp 2,45 triliun.
Sementara pencapaian laba usaha perusahaan pada Q1 2023 tercatat Rp 1,91 triliun atau naik sebesar 18% dibandingkan dengan Q1 2022 yang tercatat sebesar Rp 1,62 triliun.
Untuk diketahui Emas Antam masih menjadi komoditas unggulan perusahaan yang mana kontributor pada penjualan bersih perusahaan pada Q1 2023 mencapai Rp 7,01 triliun atau sebesar 60% dari total penjualan bersih.
Diikuti oleh bijih nikel sebesar Rp 2,98 triliun atau 26%. Dilanjutkan dengan feronikel Rp 1,20 triliun atau 10%, dan komoditas bauksit dan alumina sebesar Rp 326 miliar atau sebesar 3%.
(fsd/fsd)