Jokowi Sebut Dunia Tambah Susah, Kredit Bank Ikut Makin Lesu

Redaksi, CNBC Indonesia
Rabu, 14/06/2023 13:25 WIB
Foto: Sambutan Presiden Jokowi pada Pembukaan Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah, 14 Juni 2023 (Tangkapan layar youtube Setpres RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Dia merujuk pertemuannya dengan Managing Direktur IMF Kristalina Georgieva di Hiroshima, Jepang, kala G7 berlangsung Mei.


Dalam pertemuan itu ditemukan fakta bahwa sebanyak 96 negara telah menjadi pasien IMF. "Dulu 98 hanya berapa, 10 aja gak ada geger semua. (Kini) 96 negara menunjukan situasi dunia sekarang ini betul betul pada situasi yang sulit," katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern (Wasin) Pemerintah 2023 di kantor BPKP Rabu (14/6/2023).

Pernyataan Jokowi tersebut sejalan dengan kondisi industri perbankan.

Tercatat, pertumbuhan kredit bank melambat per April 2023 dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya, pertumbuhan pembiayaan anjlok lebih dari 100 basis poin (bps).

PadahalĀ likuiditas perbankan pada April 2023 dalam level yang melimpah. Hal ini ditandai dengan rasio-rasio yang terjaga pada level tinggi.

Rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 118,25% dan 26,58%. Angka ini jauh di atas ambang bawah yakni 50% untuk AL/NCD dan 10 % untuk AL/DPK.

Pun rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) dalam level sehat. OJK mencatat rasio NPL gross 2,53% dan NPL net 0,78%. Artinya bank juga tidak memiliki beban dari aset bermasalah untuk menyalurkan kredit.

Sebagai informasi, saat NPL tinggi bank harus memupuk pencadangan yang tinggi pula. Alhasil, ketersediaan dana bank untuk menyalurkan kredit akan tergerus.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menilai pertumbuhan kredit yang melambat saat ini merupakan siklus awal tahun. Akan tetapi dia juga tidak menampik jika permintaan kredit juga tumbuh terbatas.

"Pencabutan stimulus Covid-19 dan ada dampak ada ketidakpastian risiko kredit," katanya.

Dian juga menambahkan OJK juga tetap optismistis pertumbuhan kredit dapat menyentuh 10% pada tutup buku 2023. Hal ini seiring dengan program pemulihan ekonomi pasca-Covid-19.

Adapun bila dirinci, pertumbuhan kredit per April 2023 hanya 8% secara tahunan (yoy), paling rendah sejak Maret 2022.

Dibandingkan bulan sebelumnya, pertumbuhan kredit April 2023 melambat cukup signifikan atau turun 125 bps dari 9,37% yoy.

Adapun bila dibandingkan dengan posisi awal tahun, pertumbuhan kredit pada awal kuartal II/2023 terpaut jauh. Pada Januari pertumbuhan kredit mencapai lebih dari 10% yoy.

Anehnya lagi pertumbuhan kredit yang melemah itu terjadi pada periode Idulfitri. Sebagai informasi, Hari Raya Lebaran tahun ini jatuh pada pekan ketiga April.

Berkaca dari tahun sebelum pandemi Covid-19, Idulfitri tercatat mendongkrak pertumbuhan kredit perbankan. Sebagai contoh, pada 2019, di mana periode Ramadan dan Idulfitri jatuh pada Mei-Juni, penyaluran dana dari bank naik dua digit atau 11% yoy, jauh di atas capaian akhir tahun tersebutyang hanya tumbuh 5,9% yoy.

Tahun 2018, Idulfitri jatuh pada pertengahan Juni. Pada periode tersebut, kredit bank naik 10,5% yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Pelemahan kredit tahun ini terjadi pada semua jenis baik investasi, modal kerja, dan konsumsi.

Kredit investasi hanya tumbuh 9,1% (yoy) pada April 2023, terendah dalam setahun terakhir. Kredit modal kerja tumbuh 7,1% (yoy) pada April 2023, terendah sejak Desember 2021. Pada periode yang sama kredit konsumsi tumbuh 9,5% (yoy) pada April, terendah dalam tiga bulan terakhir.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan