IHSG Dibuka Naik 0,09%, Bertahan Hijau Gak Nih?

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Rabu, 14/06/2023 09:12 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kedua minggu ini, Rabu (14/6/23) dibuka menguat tipis 0,09% menjadi 6.725,34.

Pada pukul 09.04, IHSG terus menguat 0,21% ke level 6.733,34. Perdagangan menunjukkan terdapat 218 saham naik, 129 saham turun sementara 196 lainnya mendatar.

Perdagangan juga mencatatkan sebanyak satu miliar saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 419 miliar.


Pasar keuangan Tanah Air bakal diguyur banyak sentimen positif pada hari ini, terutama yang datang dari luar negeri. Beberapa sentimen positif tersebut adalah melandainya inflasi AS serta kebijakan longgar bank sentral China.

Namun, sentimen terbesar dan terpenting hari ini adalah keputusan The Fed mengenai kebijakan suku bunga mereka.

The Fed akan menggelar konferensi pers terkait kebijakan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari pukul 01:30 WIB.

Seperti diketahui, inflasi AS melandai ke 4,0 % (yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.

Inflasi sudah jauh lebih rendahnya dari 9,1% (yoy) pada Juni 2022 yang merupakan rekor tertingginya dalam 40 tahun lebih. Inflasi AS juga melemah ke 0,1% (mtm) pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.

Kendati demikian, inflasi inti hanya turun tipis menjadi 5,3 % (yoy) dari 5,5% (yoy) pada April.

Melandainya inflasi ini disambut gembira pasar karena menjadi modal penting bagi The Fed dalam menentukan kebijakan. Dengan inflasi yang melandai maka ada harapan The Fed akan segera mengakhiri kenaikan suku bunga pada rapat FOMC hari ini, Rabu (14/6/2023).

Berbeda dengan kebijakan The Fed yang masih ditunggu, bank sentral China sudah dulu memberi kabar positif.

Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin menjadi 1,9%, pada Selasa kemarin. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu.
Dengan memangkas suku bunga maka PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian.

Langkah tersebut dilakukan untuk menggerakkan ekonomi China yang tengah lesu.
Stimulus China diharapkan ikut menggerakkan ekonomi China dan Asia. Tiongkok adalah motor utama ekonomi di Asia sehingga apapun yang terjadi di sana akan berdampak ke banyak negara, termasuk Indonesia.

Di tengah banyaknya sentimen positif, harga batu bara bisa membebani bursa saham Indonesia karena harganya yang terus turun.

Harga batu bara sudah melemah tiga hari beruntun dengan pelemahan 5%. Menurunnya harga batu bara bisa membebani saham emiten batu bara seperti PT Bukit Asam (PTBA), PT Bayan Resources (BYAN) hingga PT Adaro Energy Indonesia (ADRO).

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari produksi rokok.
Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan produksi rokok pada Mei 2023 mencapai 26,20 miliar batang. Jumlah tersebut melonjak 34,22% dibandingkan bulan sebelumnya.
Produksi rokok pada Mei tahun ini juga melesat 78,96% dibandingkan Mei tahun lalu.

Produksi rokok diharapkan meningkat menjelang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) 2024 yang akan mulai digelar November 2023. Secara historis, produksi rokok biasanya melonjak menjelang kampanye pemilu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat