Inflasi AS Turun Lagi, Bursa Asia Dibuka Bergairah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 14/06/2023 08:57 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Rabu (14/6/2023), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) setelah dirilisnya data inflasi AS pada periode Mei 2023.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melesat 0,85%, Hang Seng Hong Kong naik 0,13%, Shanghai Composite China bertambah 0,23%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,45%, dan ASX 200 Australia tumbuh 0,24%.

Hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang terpantau melemah pada pagi hari ini, yakni turun 0,11%.


Kemarin, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin (bp) menjadi 1,9%. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu.

Penurunan suku bunga tersebut membuat PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian. Langkah mengejutkan tersebut sekaligus membuktikan perekonomian China sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, ke depannya suku bunga acuan jangka menengah diperkirakan akan kembali dipangkas.

Banyak yang melihat China tidak bisa lagi mencapai pertumbuhan ekonomi dobel digit, bahkan rata-rata jangka panjang diperkirakan hanya 4%.

Meski begitu, ada kabar baik datang dari AS, di mana inflasi yang turun cukup tajam membuat bursa AS, Wall Street ditutup menghijau.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,43%, S&P 500 bertambah 0,69%, dan Nasdaq Composite melesat 0,83%.

Saham-saham teknologi tetap menjadi bintang. Saham Nvidia, Apple, dan Oracale naik tajam.

Per

usahaan berbasis teknologi dan digital asal China yang terdaftar di bursa AS juga melonjak. Saham Alibaba Group naik 2,16% dan JD.com melesat 3,8%. Saham tersebut naik karena ditopang kebijakan longgar PBoC.

Bursa Wall Street terbang setelah inflasi AS turun cukup tajam pada Mei.

Inflasi AS tercatat 4,0 % (year-on-year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.

Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).

Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.

Sementara itu, inflasi inti, di luar kelompok volatil, tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.

Melandai inflasi AS ditopang oleh turunnya harga energi dan makanan. Harga komoditas energi terkoreksi 11,7% (yoy) pada Mei, jauh lebih dalam dibandingkan koreksi 5,1% pada April.

Inflasi bahan makanan melandai ke 6,7% (yoy) pada Mei, dibandingkan 7,7% (yoy) pada bulan sebelumnya. Namun, kenaikan masih terjadi pada beberapa komoditas seperti apparel, rumah, dan layanan transportasi.

Inflasi yang turun tajam ini tak pelak langsung meningkatkan ekspektasi pasar mengenai segera melunaknya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

The Fed tengah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada hari ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bps dalam 10 pertemuan beruntun sejak Maret tahun lalu menjadi 5-5,25%.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 91,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.

Artinya, pasar sudah hampir yakin sepenuhnya mengenai melunaknya The Fed. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 76%.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel