
Pasar Optimis Sih, Tapi Kok Bursa Asia Dibuka Gak Kompak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Selasa (13/6/2023), meski pelaku pasar global tengah optimis bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menghentikan kenaikan suku bunga pada bulan ini.
Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,49%, ASX 200 Australia naik tipis 0,03%, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,42%.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,28%, Shanghai Composite China turun 0,1%, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,56%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi terjadi di tengah cerahnya lagi bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,56%, S&P 500 melesat 0,93%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,53%.
Menghijaunya Wall Street kemarin melanjutkan tren positifnya yang sudah berlangsung sejak pekan lalu. Ketiga bursa acuan Wall Street juga kompak menguat pada perdagangan Kamis dan Jumat pekan lalu.
Bergairahnya Wall Street ditopang oleh ekspektasi pasar mengenai kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Pasar semakin optimis jika The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga pada bulan ini.
Setelah mengerek suku bunga sebesar 500 basis poin (bp) sejak Maret 2022, The Fed diproyeksi mulai menahan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini dan besok (13-14 Juni) waktu setempat.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 78,1% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 71%.
Sebelum pengumuman kebijakan The Fed pada Rabu pekan ini, investor akan menunggu data inflasi Mei.
Pasar memperkirakan inflasi akan melandai menjadi 4% (year-on-year/yoy) pada Mei dari 4,9% (yoy) pada April.
Inflasi menjadi pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan suku bunga pada rapat FOMC hari ini dan besok (13-14 Juni).
Jika inflasi melandai maka semakin besar pula harapan pasar melihat The Fed melunak bulan ini.
Di lain sisi, sektor teknologi juga menjadi penopang Wall Street kemarin. Saham Oracle, Amazon, Apple, dan Tesla menjadi penopang indeks S&P 500 dan Nasdaq kemarin.
Dengan bergairahnya sektor teknologi di AS, maka hal ini berpotensi menggairahkan saham-saham teknologi di Asia-Pasifik pada hari ini.
Beberapa pengamat memperkirakan pelaku pasar Wall Street kini ada dalam mindset bullish.
"Semakin baik kinerja bursa dan keluar dari titik rendahnya pada Oktober maka semakin percaya diri investor. Apakah investor kini sudah puas? Mungkin iya dan itu adalah sinyal yang bagus," tutur Jake Dollarhide, chief executive officer dari Longbow Asset Management, dikutip dari Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
