Banyak Masalah, Saham BUMN Karya Kok Bisa Ngacir Kemarin?

Riset, CNBC Indonesia
Kamis, 08/06/2023 10:25 WIB
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten BUMN Karya melompat akhir-akhir ini di tengah adanya sejumlah pemberitaan negatif mengenai masalah keuangan perusahaan.

Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang mengalami kenaikan tertinggi di antara yang lainnya. Dalam sepekan, saham WIKA melonjak 26,32% ke Rp480/saham pada penutupan perdagangan Rabu (7/6).

WIKA tercatat naik 3 hari beruntun sejak Senin lalu (5/6). Pada Senin, saham WIKA naik 7,65%, Selasa (6/6) 16,75%, dan Rabu 4,35%.


Kabar Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengusulkan penyertaan modal negara (PMN) ke WIKA sebesar Rp 8 triliun tampaknya mendorong kenaikan saham perusahaan dalam jangka pendek.

Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk penyehatan struktur permodalan WIKA.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan usulan penambahan PMN untuk WIKA yang sebesar Rp 8 triliun tersebut telah diusulkan berdasarkan rapat internal Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 28 April 2023 lalu.

Namun, kabar negatif juga membayangi WIKA akhir-akhir ini, terutama soal WIKA yang meminta penundaan pembayaran pinjaman dalam rangka restrukturisasi utang perusahaan dan dugaan adanya aksi poles-memoles laporan keuangan.

Melansir data Refinitiv, pinjaman WIKA beserta anak usaha nyaris mencapai Rp 15 triliun. Adapun total pinjaman obligasi perusahaan beserta anak usaha mencapai Rp 9 triliun.

Secara spesifik, Himpunan Bank Negara (Himbara) menjadi pemberi pinjaman utama kepada WIKA, dengan Bank Mandiri menjadi kontributor terbesar berdasarkan laporan keuangan perusahaan terbaru.

Penundaan pembayaran ini diambil setelah perusahaan mencatatkan rekor kerugian kuartal pertama yang dilaporkan oleh Wijaya Karya awal bulan ini.

Sebelumnya, emiten karya lain Waskita Karya (WSKT) telah lebih dulu mengambil langkah yang sama untuk pinjaman bank dan obligasi.

Sementara itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai mencium aroma tidak beres pada laporan keuangan perusahaan BUMN di sektor karya. Selain Waskita Karya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menduga laporan keuangan WIKA juga dipoles.

Menanggapi isu tersebut Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya telah memproses hal tersebut dengan memanggil manajemen masing-masing perusaahan dan meminta penjelasan.

"Kami sudah proses, kami sudah lakukan hearing, kami sudah lakukanfollow updengan permintaan penjelasan. Tentu kitanggakbisa buka disini, karena masih ada beberapa hal statusnya dalam proses kita ke mereka," ujarnya saat ditemui di gedung BEI Jakarta, Rabu (7/6).

Nyoman menyebut, nantinya, penjelasan manajemen masing-masing perusahaan akan disampaikan dalam bentuk tertulis dalam keterbukaan informasi publik sebagai komitmen emiten kepada para investor.

Terkait kebenaran isu kejanggalan laporan keuangan, kata Nyoman, BEI belum dapat menyentuh ke ranah itu. Sebab, proses dalam kasus ini dilakukan secara bertahap.

"Kami nggak boleh ke substansi ini. Masih dalam proses. Once ada informasi yang perlu mereka sampaikan, semua ada di website kita," sebutnya.

Selain WIKA, saham ADHI dan PTPP juga ikut melonjak sepekan ini. Kedua saham tersebut masing-masing naik 13,17% dan 11,76%.

Demikian pula, saham anak usaha BUMN Karya macam WTON menguat 9,42% dalam sepekan, PPRE terangkat 9,18%, dan WEGE terapresiasi 6,98% dalam periode tersebut.

Adapun, untuk saham WSKT hingga hari ini belum dibuka kembali suspensinya. Saham WSKT kembali disuspensi oleh BEI sejak 5 Mei lalu seiring adanya Penundaan Pembayaran Bunga Ke-11 Obligasi Berkelanjutan IV Waskita Karya Tahap I Tahun 2020 (WSKT04CN1).

Kenaikan saham WIKA, ADHI, hingga PTPP dan anak usahanya di atas mungkin menarik secara jangka pendek. Tetapi, kondisi fundamental perusahaan yang rapuh, dengan utang yang menggunung, tetapi perlu menjadi perhatian investor.

Sebanyak empat saham BUMN Karya utama terjerat utang jumbo yakni mencapai Rp 214 triliun per kuartal I-2023, dibandingkan akhir 2022 sebesar Rp 215 triliun.

WSKT mengoleksi utang terbanyak per kuartal I-2023, dengan torehan liabilitas sebesar Rp 84,3 triliun, diikuti WIKA sebesar Rp 55,7 triliun, PTPP sebesar Rp 43,8 triliun, dan terakhir ADHI Rp 30,2 triliun.

Tingginya beban utang membuat laba bersih BUMN karya tergerus. WIKA diterpa kerugian sebesar Rp 521 miliar pada kuartal I-2023.

WSKT masih berada di zona rugi dalam dua tahun terakhir. Namun, kerugian perseroan turun menjadi Rp 374 miliar per kuartal I-2023 dari Rp 830 miliar pada kuartal I-2022.

Sementara itu, ADHI berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 8,4 miliar pada kuartal I-2023, dari sebelumnya sebesar Rp 7,1 miliar pada kuartal I-2022.

Seperti ADHI, laba bersih PTPP juga meningkat menjadi Rp 34,2 miliar pada kuartal I-2023, dari sebelumnya sebesar Rp 28,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat