Commodity News

Dipompa OPEC+, Harga Minyak Malah Turun Gara-gara China

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
08 June 2023 09:30
PT Pertamina Hulu Energi
Foto: dok PT Pertamina Hulu Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak melemah pada pembukaan perdagangan Kamis (8/6/2023) setelah kenaikan pada perdagangan sebelumnya.

Harga minyak mentah WTI melemah hingga 0,08% ke posisi US$72,47 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka melemah hingga 0,19% ke posisi US$76,8 per barel.

Pada perdagangan Rabu (7/6/2023), minyak WTI ditutup menguat 1,10% ke posisi US$72,53 per barel sementara minyak brent juga menguat 0,87% ke posisi US$76,95 per barel.

Harga minyak naik sekitar 1% pada hari Rabu kemarin karena rencana Arab Saudi untuk memangkas produksi dalam-dalam lebih dari mengimbangi lemahnya permintaan yang berasal dari meningkatnya stok bahan bakar Amerika Serikat (AS) dan data ekspor China yang lemah.

Kedua tolok ukur melonjak lebih dari US$1 pada hari Senin setelah keputusan Arab Saudi selama akhir pekan untuk mengurangi produksi sebesar 1 juta barel per hari (bpd) menjadi 9 juta bpd pada bulan Juli.

"Masa depan tampaknya berada dalam tarik tambang dengan permintaan yang melambat untuk manufaktur, dan permintaan diesel yang lebih rendah terhadap pengurangan produksi yang diperkirakan berasal dari OPEC & Saudi," ucap Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Stok minyak mentah AS turun sekitar 450.000, menurut data dari Administrasi Informasi Energi.

Persediaan diesel naik 5,1 juta barel, sementara pasar memperkirakan kenaikan 1,33 juta barel. Persediaan bensin juga naik lebih dari perkiraan pada 2,8 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan untuk membangun 880.000 barel.

Peningkatan persediaan bahan bakar yang tidak terduga menimbulkan kekhawatiran atas konsumsi oleh pengguna minyak utama dunia, terutama karena permintaan minyak untuk perjalanan meningkat selama akhir pekan di Hari Pahlawan.

Harga turun di awal sesi karena data ekonomi China yang lemah.

Ekspor China menyusut jauh lebih cepat dari yang diperkirakan pada bulan Mei dan impor pun turun, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat, karena produsen berjuang untuk mencari permintaan dari luar negeri dikala tingkat konsumsi domestik yang lesu.

Neraca Perdagangan China untuk bulan Mei 2023, dilaporkan mengalami penurunan tajam dalam surplus perdagangan karena ekspor menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan.

Neraca Perdagangan berada di surplus USD65,81 miliar, lebih rendah dari perkiraan pelaku pasar sebesar USD92 miliar. Data ini juga lebih rendah dari surplus USD90,21 miliar pada April 2023.

Ekspor China pada Mei 2023 turun -7,5% year on year, melemah dibandingkan pertumbuhan 8,5% yoy pada bulan sebelumnya. Impor China juga turun 4,5% yoy pada bulan Mei lalu, lebih kecil dibandingkan penurunan 7,9% yoy di bulan sebelumnya.

Data hari Rabu juga menunjukkan bahwa impor minyak mentah ke China, importir minyak terbesar dunia, naik ke level bulanan tertinggi ketiga di bulan Mei karena adanya kilang yang membangun persediaan.

Dalam laporan JP Morgan mengatakan cadangan minyak mentah di negara tersebut telah naik, menunjukkan kilang tidak meningkatkan tingkat pemrosesan tetapi justru menyimpan minyak.

Di sisi lain, dolar merosot karena peluang memudarnya kenaikan suku bunga Federal Reserve pada minggu depan. Greenback yang lebih lemah membantu permintaan karena minyak menjadi lebih murah bagi pembeli asing.

Pertumbuhan ekonomi global hanya akan meningkat secara moderat di tahun depan karena efek dari kenaikan suku bunga bank sentral yang dapat dirasakan.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Merana Karena Amerika

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular