
China Bikin Was-Was, Rupiah Mulai Melemah Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Rabu (7/6/2023) setelah menguat dua hari beruntun. Perhatian tertuju ke China yang akan merilis data neraca perdagangan.
Rupiah sebenarnya menguat 0,03% saat pembukaan, tetapi tidak lama berbalik melemah 0,1% ke Rp 14.870/US$ pada pukul 9:07 WIB, melansir data Refinitiv.
Data neraca perdagangan China bisa memberikan dampak besar ke pergerakan rupiah.
Berdasarkan ekonom yang disurvei Reuters, impor China diprediksi ambrol ke -8% sementara ekspornya diramal -0.4%.
Sebelumnya,impor China mengalami kontraksi tajam pada bulan April, sementara ekspor naik dengan kecepatan yang lebih lambat. Artinya, aktivitas perdagangan di China tetap memburuk, meskipun pembatasan Covid-19 telah dicabut. Ini menjadi pertanda permintaan impor dari Indonesia berisiko menurun.
Diketahui, pada April 2023, impor China mengalami kontraksi atau -7,9%. Penurunan ini memperpanjang penurunan yang sudah terjadi dari bulan-bulan sebelumnya sejak Oktober 2022.
Penurunan impor China memberikan sentimen negatif, sebab menunjukkan penurunan permintaan dari perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Permintaan batu bara dari Indonesia misalnya kemungkinan akan menurun, sehingga surplus neraca perdagangan Indonesia kemungkinan akan menipis.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia sudah mencatat surplus dalam 36 bulan beruntun, yang menjadi salah satu pendongkrak kinerja rupiah. Saat surplus, maka pasokan valas ke dalam negeri menjadi lebih besar. Apalagi, dengan kebijakan term deposit valas yang diterapkan Bank Indonesia (BI) bisa menahan valas para eksportir lebih dalam di dalam negeri.
Ini menjadi penting untuk menjaga stabilitas rupiah, sehingga ketika impor China merosot bisa memberikan sentimen negatif.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Amerika Diramal Meninggi, Rupiah Bisa Menguat Lagi?
