Tanda Bahaya! Harga Minyak Mentah Anjlok 6% Lebih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 01/06/2023 11:00 WIB
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah anjlok dalam dua hari terakhir, padahal Amerika Serikat (AS) bakal terhindar dari "kebangkrutan" yang bisa memicu masalah ke perekonomian global. Minyak mentah bisa dijadikan indikator kesehatan ekonomi dunia, atau setidaknya ekspektasi pelaku pasar terhadap masa depan perekonomian.

Ketika perekonomian dunia memburuk permintaan minyak mentah akan menurun. Hal ini lah yang dilihat pelaku pasar, sehingga harga minyak mentah jeblok meski perekonomian dunia masih belum memburuk.

Berdasarkan data Refinitiv, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok lebih dari 6% dalam dua hari terakhir, sementara Brent merosot 5,7%.


Kenaikan pagu utang Amerika Serikat kini tinggal menunggu persetujuan dari Senat, DPR AS sudah lebih dulu menyetujuinya. Sayangnya, kabar baik dari konsumen minyak mentah terbesar di dunia tersebut tertutupi oleh kabar buruk dari China. Kontraksi sektor manufakturnya semakin dalam.

Biro Statistik Nasional China pagi ini melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Mei turun menjadi 48,8 dari bulan sebelumnya 49,2. Angka di bawah 50 berarti kontraksi atau menurunnya aktivitas usaha. Semakin jauh ke bawah, penurunan aktivitas usaha tentunya semakin dalam.

Dalam kondisi tersebut, permintaan minyak mentah China tentunya berisiko turun.

Di sisi lain, supply tampaknya bakal mengalami peningkatan. Data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan produksi minyak mentah AS menembus 12,7 juta barel per hari, pada Maret lalu, menjadi yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Serangkaian sentimen negatif tersebut memberikan tekanan bagi minyak mentah sebelum mampu bangkit pagi ini. Pada perdagangan Kamis (1/6/2023) pukul 9:47 WIB, WTI mampu rebound 0,6% ke US$ 68,49/barel dan Brent 0,56% ke US$ 73,06/barel.

Drone yang menyerang kilang minyak Rusia menjadi pemicu kenaikan tersebut. Otoritas setempat menyebut kilang yang berada sekitar 50 mil dari Rusia tersebut merupakan terminal ekspor penting di Laut Hitam.


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?