
Kabar Baik! Permintaan Asia Ampuh Bikin Batu Bara Naik Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara acuan batu bara terpantau menguat mematahkan jatuhnya harga sejak perdagangan awal pekan ini. Ada sejumlah sentimen positif dari meningkatnya permintaan di kawasan Asia yang mampu menopang harganya.
Pada penurunan perdagangan Rabu (31/5/2023) harganya Harganya ditutup di posisi US$ 135,25 per ton alias menguat 2%. Setelah sebelumnya sempat terkoreksi 3,32% dan sempat mencatatkan posisi terendahnya sejak 7 Juli 2021 atau 34 bulan terakhir atau hampir dua tahun.
Dalam sepekan terakhir, harga sang pasir hitam ini terpantau turun 2,84%. Jika melihat grafik di bawah ini, dalam setahun belakangan harga batu bara terus menunjukan tren penurunan.
Menguatnya harga batu bara terjadi di tengah permintaan di kawasan Asia mulai melonjak. Sentimen positif ini tak mampu menolong harganya yang terlanjur jatuh.
Untuk diketahui, permintaan impor batu bara dari Asia melonjak, bahkan mencatat rekor tertingginya pada Mei. Lonjakan permintaan terjadi karena pembeli memanfaatkan harga murah.
Data Kple rmenunjukkan permintaan impor dari kawasan Asia menembus 78,38 juta ton pada Mei tahun ini, rekor tertinggi yang pernah dicatat oleh Kpler dan Refinitiv.
Impor dari kawasan Asia terus melonjak sejak Maret dan berlanjut hingga April dan puncaknya terjadi pada Mei 2023.Pembeli memanfaatkan batu bara yang terus melandai dalam tiga bulan terakhir.
Namun di sisi lain, tampaknya harga batu bara lebih terpengaruh oleh anjloknya permintaan Eropa maupun kawasan lain selain Asia.
Data Kpler menunjukkan jika impor batu bara thermal China masih tinggi pada bulan ini. Impor diperkirakan mencapai 28,24 juta ton pada Mei 2023 atau melonjak 137% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, dari sisi impor pada Mei hanya turun sedikit dibandingkan April yang tercatat 28,42 juta ton.
Tingginya impor China sejalan dengan naiknya kebutuhan listrikNegara Tirai Bambu. Penggunaan listrik lebih tinggi 83 miliar kilowatt hours (kWh) pada Januari-April 2023.
Produksi listrik dari pembangkit batu bara sangat dibutuhkan China mengingat produksi dari pembangkit listrik dari tenaga air turun 42 miliar kWh pada Januari-April 2023.
Selain China, India juga meningkatkan pembelian pada Mei 2023. Total impor India pada Mei diperkirakan mencapai 16,61 ton, naik 15,6% dibandingkan April yang tercatat 14,37 ton.
Pemulihan ekonomi serta kenaikan suku membuat India meningkatkan impor. Lagi-lagi harusnya ini menjadi sentimen positif bagi harga batu bara.
Namun di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani membawa kabar buruk terkait dengan harga komoditas ekspor Indonesia pada tahun ini. Harga komoditas andalan Indonesia, batu bara diproyeksi mengalami tren pelemahan.
Sri Mulyani mengungkapkan kondisi ini diikuti oleh penurunan inflasi global, seiring dengan kenaikan suku bunga.
"Tahun 2023, harga komoditas mulai melandai, tentu ini membawa kebaikan pada level inflasi dunia," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja pemerintah dengan Badan Anggaran, Selasa (31/5/2023).
Ke depan, harga batu bara akan tergantung pada dua hal yang berlawanan. Di satu sisi keinginan memerangi climate change akan memberikan sentimen negatif terhadap harga tetapi konversi energi tidak mungkin terjadi dalam waktu yang singkat karena membutuhkan teknologi yang tak mudah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum) Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?
