IHSG Ambruk Lagi Tinggalkan Level Psikologis 6.600
Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas keluar zona psikologis 6.600 pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Rabu (31/5/23). IHSG turun tajam 0,74% menjadi 6.587,04.
Hampir 400 saham bertumbangan tepatnya sebanyak 381 saham melemah, 186 saham tidak berubah dan hanya 162 saham yang menguat.
Hingga istirahat siang, sekitar11,8miliar sahamterlibat yang berpindah tangan sebanyak 753 ribu kali.Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 5,1 triliun.
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor melemah. Sektor Energi masih menjadi sektor pemberat indeks anjlok hampir 4%.
Saham raksasa batu bara milik konglomerat 'Low Tuck Kwong' yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 19,64 indeks poin.
Tak hanya BYAN, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga turut membebani IHSG pada sesi I hari ini, yakni sebesar 2,64 indeks poin.
Lesunya saham-saham batu bara terjadi karena masih lesunya harga batubara acuan dunia dan isu dunia yang terus memerangiclimate changeatau perubahan iklim.
Harga batu bara jatuh ke level terendah dalam hampir dua tahun terakhir. Pada perdagangan Selasa kemarin, harga batu bara kontrak dua bulan atau Juli di pasar ICE Newcastle ditutup ambruk 3,43% di posisi US$ 132,6 per ton.
Harga penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 7 Juli 2021 atau 34 bulan terakhir atau hampir dua tahun. Bila dihitung sejak awal tahun maka harga batu bara sudah ambles 66%.
Selain itu, perkembangan isuclimate changedan konversi energi menjadi EBT juga dapat membebani saham-saham batu bara.
Sementara itu, data aktivitas manufaktur China yang masih berkontraksi juga menjadi sentimen negatif pada hari ini.
Berdasarkan data dari NBS, manufaktur China yang tergambarkan pada Purchasing Managers Index (PMI) periode Mei 2023 turun menjadi 48,8, dari sebelumnya di angka 49,2 pada April lalu. Hal ini menandakan bahwa aktivitas manufaktur China telah melambat dua bulan beruntun.
Aktivitas manufaktur memiliki titik tengah di 50, di bawah angka tersebut yakni zona kontraksi. Sedangkan di atas level 50 adalah level ekspansi.
Hal ini tentunya menjadi sentimen negatif karena China adalah mitra dagang utama Indonesia. Sehingga jika aktivitas manufaktur China lesu akan berpengaruh terhadap ekspor dan impor barang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
(fsd/fsd)