Commodity News

Setelah Anjlok 4%, Harga Minyak Mentah Naik Tipis-Tipis

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
31 May 2023 07:47
Kilang Minyak Laut
Foto: iStock/ozgurdonmaz

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak naik tipis pada pembukaan perdagangan Rabu (31/5/2023) setelah anjlok hingga 4% pada perdagangan kemarin di tengah kekhawatiran tentang plafon utang Amerika Serikat (AS) dan pembicaraan OPEC+.

Harga minyak mentah WTI menguat hingga 0,23% ke posisi US$69,62 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka menguat hingga 0,41% ke posisi US$73,84 per barel.

Pada perdagangan Selasa (30/5/2023), minyak WTI ditutup anjlok 4,42% ke posisi US$69,46 per barel sementara minyak brent juga anjlok 4,58% ke posisi US$73,54 per barel.

Beberapa anggota parlemen sayap kanan Republik mengatakan mereka mungkin menentang kesepakatan untuk menaikkan plafon utang di AS, pengguna minyak terbesar di dunia. Presiden Demokrat Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy tetap optimis kesepakatan itu akan disahkan.

Biden dan McCarthy membuat kesepakatan selama akhir pekan yang harus melewati Kongres AS yang terpecah sebelum 5 Juni, hari dimana Departemen Keuangan mengatakan negara tersebut tidak akan dapat memenuhi kewajiban keuangannya.

McCarthy pada hari Selasa mendesak anggota partainya untuk mendukung kesepakatan itu.

"Gajah besar di ruangan itu adalah drama lanjutan atas plafon utang," ucap Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group. "Sampai kita mendapatkan suara, pasar akan gelisah."

The House Rules Committee akan mempertimbangkan RUU setebal 99 halaman pada pukul 3 sore (19.00 GMT) pada hari Selasa, menjelang pemungutan suara di ruangan yang dikuasai Republik dan Senat yang dipimpin Demokrat.

Batas waktu utang hampir bertepatan dengan pertemuan OPEC+ atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia pada 4 Juni. Para pedagang tidak yakin tentang apakah grup tersebut akan meningkatkan pengurangan produksi karena kemerosotan harga akan membebani pasar.

Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman pekan lalu memperingatkan short-seller yang bertaruh bahwa harga minyak akan turun harap "diwaspadai" memungkinkan sinyal bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi.

Akan tetapi komentar dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, mengindikasikan produsen minyak terbesar ketiga dunia itu condong ke arah membiarkan produksi tidak berubah.

Pada bulan April, Arab Saudi dan anggota OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi minyak lebih lanjut sekitar 1,2 juta barel per hari (bpd), sehingga total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta bpd, menurut perhitungan Reuters.

Data sektor manufaktur dan jasa China yang keluar akhir pekan ini juga akan diteliti untuk isyarat pemulihan permintaan bahan bakar di importir minyak utama dunia.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Merana Karena Amerika

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular