Duh, Bursa Asia Berakhir Gak Kompak Lagi Nih

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 May 2023 16:42
pasar saham asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kembali ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (30/5/2023), meski sentimen pasar global cenderung membaik pada hari ini.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,3% ke posisi 31.328,199, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,24% ke 18.595,779, Shanghai Composite China naik tipis 0,09% ke 3.224,21, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,04% menjadi 2.585,52.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura ditutup melemah 0,24% ke 3.187,56, ASX 200 Australia turun 0,11% ke 7.209,3, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,67% menjadi 6.636,42.

Dari Jepang, tingkat pengangguran mengalami penurunan pada April lalu, menjadi yang pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir, berpotensi menambah upah yang lebih tinggi dan memberikan dukungan untuk tujuan inflasi berkelanjutan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) di kemudian hari.

Menurut data pemerintah Jepang, tingkat pengangguran Jepang turun menjadi 2,6% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Maret lalu sebesar 2,8%. Sedangkan, jumlah orang yang tidak memiliki pekerjaan turun sebanyak 150.000 dari Maret lalu.

Angka ketenagakerjaan Jepang terbaru mencerminkan beberapa perkembangan positif dalam ekonomi Jepang, yang tampaknya menunjukkan tanda-tanda pemulihan lebih lanjut dari pandemi.

Pengetatan pasar pekerjaan dapat mendukung pertumbuhan upah baru-baru ini dan membantu inflasi yang berkelanjutan, sebuah skenario yang dicari oleh pemerintah dan BoJ.

"Berbagai indikator ekonomi menunjukkan bahwa kekurangan tenaga kerja kembali ke tingkat pra-pandemi atau lebih buruk, dan ada tekanan kuat untuk menaikkan upah," kata Koya Miyamae, ekonom senior di SMBC Nikko Securities.

Di lain sisi, Gubernur BoJ Kazuo Ueda baru-baru ini mengisyaratkan keinginannya untuk mempertahankan fleksibilitas kebijakan dan tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa inflasi yang berkelanjutan telah tercapai.

Investor global terus memantau perkembangan dari pembahasan plafon utang Amerika Serikat (AS) yang terus mengalami kemajuan positif.

Kabar terbaru, Presiden AS Joe Biden pada Minggu lalu menyelesaikan perjanjian anggaran dengan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk menangguhkan plafon utang US$ 31,4 triliun hingga 1 Januari 2025, dan mengatakan kesepakatan itu siap untuk dibawa ke Kongres untuk pemungutan suara.

"Ini adalah kesepakatan yang merupakan kabar baik bagi ... rakyat Amerika," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih setelah menelepon McCarthy untuk memberikan sentuhan akhir pada kesepakatan tentatif yang mereka buat pada Sabtu malam.

"Ini menghilangkan ancaman gagal bayar yang dahsyat, melindungi pemulihan ekonomi kita yang diperoleh dengan susah payah dan bersejarah," kata Biden.

Kesepakatan itu, jika disetujui, akan mencegah pemerintah AS dari gagal bayar utangnya dan terjadi setelah negosiasi panas selama berminggu-minggu antara Biden dan House Republicans.

Para pemimpin politik AS sekarang harus mengumpulkan cukup dukungan untuk meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) plafon utang di Kongres sebelum batas waktu 5 Juni untuk menghindari gagal bayar (default).

Diperkirakan Dewan Perwakilan Rakyat AS dapat memberikan suara paling cepat pada Rabu pekan ini dan kemudian diikuti oleh Senat di akhir minggu.

Sementara kesepakatan plafon utang AS yang kemungkinan akan menenangkan kegelisahan pasar, ditambah dengan musim laba yang kuat. Investor sekarang mengalihkan perhatian mereka ke prospek ekonomi dan suku bunga.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) secara luas diharapkan untuk menghentikan kenaikan suku bunga dan melihat kapan harus berputar haluan menjadi lebih dovish.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular