IHSG Kepayahan, Ini Saham yang Jadi Biang Keroknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Selasa (30/5/23) stagnan atau tidak berubah dari harga penutupan kemarin. Meski sempat dibuka melemah, IHSG bertahan di level 6.681,30.
Hingga istirahat siang, sekitar 11,3 miliar saham berpindah tangan sebanyak 753 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp 4,4 triliun.
Terdapat sebanyak 262 saham naik, 251 saham turun, dan 210 saham lainnya jalan di tempat.
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv sebagian besar sektor menguat. Sektor konsumen primer menjadi yang paling menguntungkan IHSG naik 0,70%, sementara sektor Energi masih menjadi sektor sektor pemberat indeks turun 0,89%.
Saham energi terutama batubara yang membebani IHSG hari ini disebabkan karena masih lesunya harga acuan batubara hingga pekan lalu.
Cuaca di Eropa dan Asia yang membaik, harga gas yang juga terkoreksi, dan lesunya permintaan di Eropa menjadi penyebab masih lesunya harga batubara dunia.
Kabar mengenai plafon utang Amerika Serikat masih akan menjadi penggerak IHSG. Para investor juga masih akan menerka arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) mengenai suku bunganya.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Presiden AS Joe Biden telah mencapai kesepakatan dengan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk menangguhkan plafon utang AS hingga 1 Januari 2025.
Kesepakatan ini dianggap sebagai kabar baik oleh Biden, yang menyatakan bahwa hal ini akan menghilangkan ancaman gagal bayar yang dapat berdampak negatif terhadap pemulihan ekonomi AS yang sedang berlangsung.
Kesepakatan tersebut masih harus melalui Kongres untuk pemungutan suara sebelum 5 Juni, ketika Departemen Keuangan AS diperkirakan akan kekurangan dana untuk menutupi kewajibannya.
Selain itu, para investor juga akan memperhatikan kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh The Fed. Meskipun data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda melemah, sebagian besar investor masih yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 14 Juni mendatang. Hal ini sejalan dengan pandangan hawkish sebagian besar investor sebelum pengumuman FOMC terakhir.
Di sisi lain, harga rumah di AS diperkirakan akan mengalami penurunan pada bulan Maret 2023, sementara indeks keyakinan konsumen (IKK) diproyeksikan akan masuk ke zona pesimis. Perkembangan ini juga akan menjadi pertimbangan bagi para investor dalam mengambil keputusan investasi.
Tidak hanya itu, pergerakan harga komoditas global, terutama batu bara dan minyak mentah dunia, juga akan mempengaruhi saham-saham energi di IHSG. Harga batu bara dunia saat ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang berdampak pada turunnya harga saham emiten batubara.
Selain faktor eksternal, sentimen dari dalam negeri juga akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Rapat kerja antara Badan Anggaran DPR dengan Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Gubernur Bank Indonesia akan membahas pokok-pokok kebijakan ekonomi makro untuk tahun 2024.
Pengumuman target-target ekonomi makro dan proyeksi pergerakan rupiah oleh Bank Indonesia akan menjadi perhatian pasar.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG tidak mampu melewati resistance terdekat di 6.694, kendati mampu melewati resistance sebelumnya di 6.670. IHSG juga mampu memantul ke atas 6.645, yang merupakan support kuat saat ini dalam grafik 1 jam.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum. RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI mendatar di angka 47.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD memotong dari bawah garis sinyal dengan indikasi pembentukan golden cross (indikator balik arah).
IHSG masih membuka peluang untuk rebound pada sesi II, dengan resistance terdekat berada di level psikologis 6.694 dan 6.709. Sementara, support terdekat berada di angka 6.670 dan 6.645.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
(trp/trp)