
Pengangguran Muda China Melonjak, Rupiah Ikut Terbebani!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik dari Amerika Serikat (AS) membuat rupiah menguat melawan dolar AS pada awal perdagangan Selasa (30/5/2023). Meski demikian, penguatan rupiah masih belum besar sebab kini perhatian tertuju ke China.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 14.940/US$, menguat 0,1%. Apresiasi bertambah menjadi 0,13% ke Rp 14.945/US$ pada pukul 9:05 WIB.
Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarhty sudah mencapai kesepakatan kenaikan batas utang.
"Ini adalah kesepakatan yang merupakan kabar baik bagi ... rakyat Amerika," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih setelah menelepon McCarthy untuk memberikan sentuhan akhir pada kesepakatan tentatif yang mereka buat pada Sabtu malam.
"Ini menghilangkan ancaman gagal bayar yang dahsyat, melindungi pemulihan ekonomi kita yang diperoleh dengan susah payah dan bersejarah," kata Biden.
Kenaikan utang tersebut kini perlu disetujui Kongres AS, dan diperkirakan akan segera dilakukan.
Namun, kabar buruk kini datang dari China. Data dari pemerintahnya menunjukkan tingkat pengangguran usia 16 - 24 tahun menembus 20,4% pada April lalu, menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.
Hal ini menunjukkan pemuda di China kesulitan mendapat pekerjaan. Kurangnya lapangan pekerjaan tentunya memberikan masalah bagi perekonomian China yang sedang berusaha bangkit.
"Bubble mahasiswa akhirnya pecah. Ekspansi universitas pada akhir 1990-an menciptakan lulusan yang sangat besar, tetapi ada ketidaksejajaran antara supply dan demand tenaga kerja berketerampilan tinggi. Perekonomian tidak mampu mengimbanginnya," kata Yao Lu, profesor sosiologi di Universitas Columbia di New York, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (29/5/2023).
China merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia, sehingga kabar kurang bagus akan berdampak pada pergerakan rupiah di dalam negeri.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Amerika Diramal Meninggi, Rupiah Bisa Menguat Lagi?
