Commodity News

Cemas Suku Bunga AS Naik Bikin Minyak Mendidih

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
30 May 2023 09:02
Kilang Minyak Laut
Foto: iStock/nielubieklonu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali naik pada awal perdagangan Selasa (30/5/2023) karena pasar menimbang kesepakatan utang AS dan munculnya kemungkinan kenaikan suku bunga.

Harga minyak mentah WTI menguat hingga 0,98% ke posisi US$73,55 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka menguat hingga 0,29% ke posisi US$77,29 per barel.

Pada perdagangan Senin (29/5/2023), minyak WTI ditutup menguat 0,28% ke posisi US$72,87 per barel sementara minyak brent juga menguat 0,16% ke posisi US$77,07 per barel.

Harga minyak naik lebih tinggi dalam perdagangan Senin hingga awal perdagangan Selasa karena pasar mempertimbangkan kesepakatan plafon utang tentatif Amerika Serikat (AS) yang akan mencegah gagal bayar utang (default) oleh konsumen minyak utama dunia terhadap kenaikan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut yang dapat mengekang permintaan energi.

"Eforia kesepakatan utang mulai berkurang karena munculnya kekhawatiran kenaikan suku bunga oleh The Fed pada bulan Juni mendatang," ucap broker Liquidity Energy LLC.

Presiden AS Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy selama akhir pekan membuat kesepakatan untuk menangguhkan plafon utang US$ 31,4 triliun dan membatasi belanja pemerintah untuk dua tahun ke depan. Kedua pemimpin menyatakan keyakinan bahwa anggota parlemen dari Partai Demokrat dan Republik akan mendukung kesepakatan tersebut.

Namun, analis melihat kenaikan harga minyak dari hal tersebut hanya dalam jangka pendek saja.

Pasar sekarang menghargai peluang sekitar 50:50 bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan 13-14 Juni mendatang, naik dari peluang 8,3% yang diprediksi sebulan lalu, menurut Alat FedWatch CME.

Pada pertemuan kebijakan terakhirnya 2-3 Mei lalu, Federal Reserve mengisyaratkan untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang paling agresif sejak awal 1980 an pada bulan Juni.

"Tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi merupakan angin sakal untuk permintaan minyak mentah," ucap analis IG Sydney Tony Sycamore.

Dolar juga turun pada hari Senin karena kesepakatan plafon utang menaikkan risiko di pasar dunia dan merusak daya tarik safe heaven greenback.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan bertemu pada 4 Juni mendatang.

Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman memperingatkan short seller yang bertaruh bahwa harga minyak yang akan turun untuk "diwaspadai", dalam sinyal bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi lebih lanjut.

Namun, pendapat dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, mengindikasikan produsen minyak terbesar ketiga dunia itu condong ke arah untuk membiarkan produksi tidak berubah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Merana Karena Amerika

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular