Newsletter

Amerika Masih Bisa "Bangkrut", China Jadi Masalah Baru!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 29/05/2023 06:00 WIB
Foto: AFP via Getty Images/SAUL LOEB
  • Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada pekan lalu dan berpotensi bergerak fluktuatif pada pekan ini karena investor mode wait and see menanti limit utang AS dan keputusan The Fed.
  • Limit utang AS terus dibahas, mulai ada kesamaan visi namun kesepakatan final masih belum tercapai. Padahal batas waktu di 5 Juni 2023 sebelum As mengalami bangkrut.
  • Minggu ini rilis banyak data penting terutama dari AS dan China yang mengindikasikan bahwa ekonomi kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia mengalami stagnansi.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia lesu pada perdagangan pekan lalu. Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) ditutup melemah, pun dengan nilai tukar rupiah yang berakhir di zona negatif.

Lantas bagaimana perkiraan pergerakan dan sentimen yang akan menjadi "ruh" IHSG pekan ini? Jawaban lengkapnya ada di halaman tiga.

Selama sepekan IHSG turun sebesar 0,20%, atau berada pada posisi 6.687 dari posisi pekan sebelumnya, 6.700.


Nilai kapitalisasi pasar juga turun 0,21% menjadi Rp 9.484,162 triliun dari Rp 9.504,018 triliun pada penutupan pekan sebelumnya. Sementara, rata-rata volume transaksi harian selama sepekan tercatat mengalami penurunan sebesar 16,90% menjadi 17,460 miliar saham dari 21,011 miliar saham dari pekan sebelumnya.

Meskipun demikian, rata-rata frekuensi transaksi harian naik sebesar 1,33% terjadi menjadi 1.286.887 dari 1.270.046 transaksi pada sepekan yang lalu.

Lalu, rata-rata nilai transaksi harian juga mengalami peningkatan sebesar 1,06% menjadi Rp 10,124 triliun dari Rp 10,018 triliun pada pekan sebelumnya.

Investor asing pada penutupan perdagangan kemarin mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 442,38 miliar dan sepanjang tahun 2023 investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 19,193 triliun.

Sementara itu nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp 14.950/US$ di pasar spot pada perdagangan Jumat (26/52023). Posisi penutupan kemarin adalah yang terlemah sejak 3 April 2023 atau 1,5 bulan terakhir.

Secara keseluruhan, rupiah melemah 0,2% dalam sepekan secara point to point. Artinya, rupiah sudah tersungkur dalam empat pekan terakhir.

Melemahnya pasar keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen negatif dari berlarut-larutnya krisis plafon utang atau debt ceiling di Amerika Serikat (AS) yang makin mendekati tenggat waktu. Pertaruhannya adalah ekonomi negara adidaya tersebut.

Sebagai negara acuan pasar keuangan dunia, kekhawatiran akan kesepakatan pagu utang yang tak kunjung sampai titik temu tentu saja akan mempengaruhi gerak pasar.
Selain itu, perubahan ekspektasi para pelaku pasar mengenai kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) pun berubah seiring dengan rilisnya risalah Federal Open Market Committee (FOMC) keluar pada pertengahan pekan lalu.

Risalah belum menunjukkan sinyal adanya pivot kebijakan. Sebagian pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) bahkan masih menginginkan kenaikan suku bunga. Artinya, harapan pelaku pasar emas untuk melihat The Fed melunak pada Juni pun punah.


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bunga BI Turun, Investor Lokal Jadi Andalan Pasar Saham & SBN

Pages