
Investor Tunggu Pagu Utang AS, Bursa Asia Dibuka Bervariasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bervariasi pada perdagangan Jumat (26/5/2023), di tengah cerahnya mayoritas bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street kemarin ditopang oleh saham teknologi.
Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,57%, Straits Times Singapura naik 0,1%, dan KOSPI Korea Selatan juga bertambah 0,1%.
Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China turun tipis 0,07% dan ASX 200 Australia juga melemah tipis 0,04%.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Ulang Tahun Buddha.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya mayoritas bursa saham AS, Wall Street kemarin, ditopang oleh saham teknologi yang menghijau.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,11%. Namun untuk indeks S&P 500 melesat 0,88% dan Nasdaq Composite melejit 1,71%.
Saham Nvidia menjadi salah satu penopang indeks Nasdaq kemarin, di mana saham Nvidia berhasil melonjak hingga 25% setelah perusahaan produsen GPU tersebut memberikan panduan pendapatan yang lebih kuat dari yang diharapkan untuk kuartal kedua 2023.
Nvidia juga melaporkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi analis pada kuartal sebelumnya.
Lonjakan permintaan untuk chip yang dibutuhkan untuk melatih sistem generative artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan generatif macam ChatGPT mendorong Nvidia memproyeksikan pendapatan jauh di atas ekspektasi Wall Street.
Saham semikonduktor lainnya mengikuti kenaikan Nvidia, seperti AMD dan Taiwan Semiconductor, yang masing-masing naik 6,4% dan 9,7%. ETF VanEck Semiconductor (SMH) juga melonjak 6,2%.
"Poin utamanya adalah bahwa inovasi dalam teknologi dapat mengatasi hambatan dari perlambatan ekonomi atau suku bunga yang lebih tinggi," kata Dylan Kremer, kepala investasi bersama Certuity kepada CNBC International.
"Saham teknologi khususnya dan growth stock belum mati," imbuh Kremer.
Sementara itu, Fitch Ratings menempatkan peringkat utang AAA jangka panjang AS dalam status pengawasan negatif.
Lembaga pemeringkat tersebut mengatakan negosiasi plafon utang yang sedang berlangsung telah meningkatkan risiko pemerintahan Joe Biden bisa tidak membayar beberapa kewajibannya tepat waktu. Namun, Fitch mengatakan masih berharap akan ada penyelesaian sebelum batas waktunya.
Meski begitu, isu negosiasi plafon utang AS masih akan menjadi perhatian pelaku pasar.
Melansir Reuters, Kamis kemarin, perundingan antara Gedung Putih dan perwakilan Partai Republik soal peningkatan plafon utang membuat kemajuan. Hal ini dikonfirmasi oleh Ketua DPR AS asal Partai Republik Kevin McCarthy.
Anggota parlemen California ini mengatakan setelah pertemuan selama empat jam antara perunding yang dipilihnya dan Presiden Joe Biden bahwa kesepakatan masih memungkinkan sebelum Juni.
"Saya masih berpikir kita punya waktu untuk mencapai kesepakatan, dan melakukannya," kata McCarthy setelah pertemuan berakhir.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah memperingatkan bahwa AS bisa kehabisan uang untuk membayar tagihan-tagihannya paling cepat setelah 1 Juni.
Beberapa jam kemudian, Fitch Ratings menempatkan peringkat kredit AAA AS dalam status peringatan atau pengawasan negatif, tanda ketidakpastian yang semakin meningkat mengenai kemampuan negara tersebut untuk menghindari gagal bayar (default) yang belum pernah terjadi sebelumnya.
AS mengalami penurunan peringkat selama kekacauan serupa 12 tahun silam. Pada 8 Agustus 2011, lembaga pemeringkat Standard & Poor's menurunkan rating utang AS untuk pertama kalinya dalam sejarah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
