Erick Thohir Blak-blakan Rencana Merger BUMN Karya

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
25 May 2023 19:20
Wijaya Karya
Foto: dok Wijaya Karya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengan berberes perusahaan pelat merah sektor karya. Menteri BUMN Erick Thohir kembali menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan merger BUMN-BUMN karya berkala kecil yang saat ini berada di bawah PT Danareksa (Persero).

"Kita akan merger BUMN-BUMN karya yang ada di bawah Danareksa," ujarnya saat ditemui di gedung Kementerian BUMN Jakarta, Kamis (25/5).

Sementara, untuk BUMN karya skala besar akan dikonsolidasikan. Sebutnya, PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) akan disinergikan dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA)

"BUMN besar ini rencana tadi, contoh HK akan sinergi Waskita. PP akan sinergi dengan WIKA," sebutnya.

Erick mengatakan, konsolidasi yang dikakukan akan memperkuat arus kas sehingga BUMN-BUMN tersebut dapat memiliki kinerja yang sehat kembali. "Nah itu belum merger tapi bisa menjadi anak usaha sehingga memperkuat cash flow," tuturnya.

Sebelumnya Erick juga menuturkan bahwa konsolidasi BUMN karya sudah masuk dalam cetak biru yang dirancang Boston Consulting Group. Selanjutnya, dari 9 BUMN akan dirampingkan menjadi 4 BUMN saja.

Meskipun demikian, konsolidasi tersebut tidak akan menghambat proses pengembangan usaha masing-masing BUMN tersebut.

Sementara itu, BUMN Karya yang melantai di bursa saat ini memang memiliki masalah di mata investor, yakni rasio utang.

Rasio utang diukur dengan cara membandingkan utang dengan ekuitas perusahaan atau debt to equity ratio (DER). 

Waskita Karya menjadi emiten pelat merah yang memiliki rasio utang tertinggi, yakni 453,9% pada 2022. Selanjutnya diikuti oleh Wijaya Karya yang memiliki rasio utang terhadap modal sebesar 190,9% pada periode 2022. Sementara PTPP memiliki rasio utang terhadap modal sebesar 139,1% dan Adhi Karya yang paling kecil yakni 118%.

Rasio utang terhadap modal adalah faktor untuk mengukur risiko utang perusahaan kala perusahaan ambruk. Rasio yang baik adalah di bawah 100% yang berarti hutang perusahaan masih terkendali karena memiliki modal yang cukup.

Sektor konstruksi memang sector yang padat modal di mana utang yang besar adalah konsekuensi. Akan tetapi utang yang terjaga minimal lebih rendah dari rata-rata industri (jika tidak bisa memenuhi standar 100%) mungkin akan lebih disenangi oleh investor. 


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Perubahan, Ini Susunan Direksi Hutama Karya Terbaru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular