Lah Amerika Ribut Soal Utang, Rupiah yang Kena Apes

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 25/05/2023 15:33 WIB
Foto: Gubernur BI Perry Warjiyo (Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Persoalan utang di Amerika Serikat (AS) memberikan dampak negatif terhadap pasar keuangan global. Khususnya terhadap nilai tukar yang dipaksa melemah terhadap dolar AS.

"Namun yang terjadi di AS dengan debt ceiling, ini anomali," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (25/5/2023)


Indeks dolar AS berada dalam tren penguatan, kini tercatat pada level 104,01. "Ini yang juga menjadi tekanan pelemahan depresiasi nilai tukar seluruh dunia, semua mata uang melemah. Itu kenapa kalimatnya BI rate tetap," paparnya.

Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (25/5/2023), mendekati lagi level psikologis Rp 15.000/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan di Rp 14.945/US$ atau melemah 0,34%. Sebelumnya rupiah sempat menyentuh Rp 14.958/US$.

BI akan memantau secara ketat perkembangan negosiasi di AS. Terbaru kabar kurang sedang datang dari perundingan kenaikan batas utang Amerika Serikat (AS) pada Rabu waktu setempat. Ketua DPR AS, Kevin McCarthy mengatakan negosiasi pengurangan belanja pemerintah masih buntu.

"Ini kami harus lihat, negosiasi masih berlanjut, kemungkinan sampai Juni," jelasnya.

Maka dari itu, BI fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari ancaman global tersebut. "Fokusnya stabilisasi nilai tukar rupiah dan dampak rambatan bisa dimitigasi, fokusnya seperti itu," tegas Perry.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Belum Menguat Seperti Mata Uang Lain, Ini Kata Ekonom