
Rupiah Jeblok Dekati Rp 15.000/US$ Saat BI Optimis Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (25/5/2023), mendekati lagi level psikologis Rp 15.000/US$. Bank Indonesia (BI) yang mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.
Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan di Rp 14.945/US$ atau melemah 0,34%. Sebelumnya rupiah sempat menyentuh Rp 14.958/US$.
Meski melemah hari ini, sepanjang tahun rupiah sudah menguat sekitar 4%
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, sesuai ekspektasi pasar BI mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 5,75%. BI juga percaya diri tren penguatan rupiah akan terus berlanjut ke depannya.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan rupiah hingga 24 Mei 2023 tercatat menguat 23,6% secara point to point dibandingkan level akhir triwulan I-2023.
"(Penguatan) didorong oleh kuatnya aliran masuk modal asing di investasi portofolio," paparnya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2023, Kamis (25/5/2023).
Tekanan bagi rupiah datang dari sentimen pelaku pasar yang memburuk menanti perkembangan perundingan batas utang Amerika Serikat. Ketua DPR AS, Kevin McCarthy mengatakan negosiasi pengurangan belanja pemerintah masih buntu.
"Saya berpikir ini (pengurangan belanja) masuk akal. Masuk akal dan rasional jika kita mengurangi belanja pada tahun depan dibandingkan tahun ini. Setiap rumah tangga harus melakukan hal yang sama," kata McCarthy, yang berasal dari Partai Republik sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) dini hari tadi menunjukkan para pembuat kebijakan terbelah terkait kenaikan suku bunga. Beberapa anggota melihat perlu untuk menaikkan suku bunga lagi, tetapi yang lainnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat dan tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan moneter.
Rilis risalah tersebut membuka peluang lebih besar The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada bulan depan. Apalagi, ketua The Fed, Jerome Powell yang berbicara pada Jumat pekan lalu juga mengatakan suku bunga tidak akan setinggi perkiraan pasar.
"Kebijakan stabilitas keuangan membantu menenangkan kondisi perbankan. Di sisi lain, perkembangan sektor perbankan berkotribusi pada kondisi kredit yang lebih ketat dan cenderung membebani pertumbuhan ekonomi, perekrutan tenaga kerja dan inflasi," kata Powell sebagaimana dikutip CNBC International, Jumat (19/5/2023).
"Hasilnya, suku bunga kemungkinan tidak perlu naik setinggi yang seharusnya dilakukan untuk mencapai target kami," tambah Powell.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terpuruk! Rupiah Makin Dekat Rp 15.000/US$