
Risiko Default AS Masih Besar, Rupiah ke Atas Rp 14.900/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Rabu (24/5/2023), hingga kembali ke atas Rp 14.900/US$. Perhatian utama masih tertuju ke perundingan pagu utang Amerika Serikat yang masih belum ada titik terang.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan tetapi tidak lama langsung melemah 0,17% ke Rp 14.910/US$.
Beberapa hari sebelum Amerika Serikat kehabisan uang, perundingan masih alot dan belum ada titip temu. Partai Republik bahkan mempertanyakan apakah benar pemerintah akan kehabisan uang pada 1 Juni mendatang seperti yang dikatakan Kementerian Keuangan AS.
"Kami ingin melihat transparansi kenapa mereka menyebut tanggal itu," kata Steve Scalise, anggota DPR dari Partai Republik, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (23/5/2023).
1 Juni kurang lebih satu pekan lagi, dan pelaku pasar dunia menaruh perhatian penuh pagu utang AS, karena jika tidak dinaikkan maka akan terjadi gagal bayar, dan bisa memicu gejolak di pasar finansial.
Selain itu gagal bayar dikhawatirkan akan memicu gangguan ekonomi besar-besaran di AS dan kemungkinan besar di seluruh dunia.Penyebabnya adalah borrowing cost atau biaya pembiayaan serta suku bunga pinjaman akan meningkat cukup tajam. Ini dapat berimplikasi pada perbankan global, termasuk Indonesia.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai ada imbas positif dan negatif. Buntut bila AS gagal bayar utang adalah masyarakat atau investor akan mencari aset-aset yang lebih aman. Alhasil bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) harus kembali meningkatkan suku bunga acuan.
Dia menyebut, dalam situasi ini, kemungkinan suku bunga AS akan naik 50-75 basis poin (bps)."Dan itu implikasinya cukup serius juga, ya. Bayangkan kalau misalnya suku bunga di Indonesia naik sampai 75 basis poin lagi. Sementara dua tahun terakhir sudah terjadi kenaikan suku bunga yang cukup agresif. Nah, itu imbasnya nanti ya, siapa yang akan minjem uang di perbankan kalau bunganya terlalu tinggi?" ujar Bhima saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (23/5/2023).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terpuruk! Rupiah Makin Dekat Rp 15.000/US$