
Utang AS Belum Ada Solusi, Bursa Asia Dibuka Berjatuhan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (24/5/2023), di mana investor masih mencerna pertemuan penting soal plafon utang antara Presiden Amerika Serikat (AS) dan Ketua DPR AS yang tidak menghasilkan solusi.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,73%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,89%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,29%, Straits Times Singapura terpangkas 0,23%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,34%, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,19%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah koreksinya kembali bursa saham AS, Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,69%, S&P 500 ambles 1,12%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,26%.
Melansir CNBC International, Ketua DPR AS, Kevin McCarthy dan Presiden AS, Joe Biden bertemu di Gedung Putih pada Senin malam waktu AS, dalam diskusi yang oleh sang Ketua DPR deskripsikan sebagai "produktif" dan "profesional."
Pembicaraan terbaru yang berlangsung selama satu jam dan hanya beberapa hari sebelum tanggal awal AS dapat mengalami gagal bayar (default), berakhir tanpa solusi tetapi terdengar nada yang lebih positif.
"Presiden dan saya mengetahui batas waktu, jadi saya pikir kami akan berbicara setiap hari ... sampai kita menyelesaikannya," kata McCarthy, mencatat bahwa kedua tim akan "kembali bersama dan bekerja semalaman" untuk mencapai kompromi.
Presiden dari Partai Demokrat dan anggota Kongres dari Partai Republik tersebut sejauh ini berjuang untuk membuat kesepakatan, seiring McCarthy menekan Gedung Putih untuk menyetujui pemotongan anggaran Federal yang dianggap Biden "ekstrem" dan sang presiden mendorong pajak baru yang ditolak oleh Partai Republik.
Namun, kedua belah pihak menekankan perlunya menghindari default dengan kesepakatan bipartisan setelah pertemuan Senin malam waktu AS, dan mengisyaratkan bahwa mereka akan berbicara dalam beberapa hari mendatang.
Menurut sumber yang mengetahui situasi tersebut, para negosiator Gedung Putih kembali ke Capitol Hill pada Senin malam untuk melanjutkan pembicaraan.
Demokrat dan Republik memiliki waktu hingga 1 Juni untuk meningkatkan batas pinjaman pemerintah atau harus menghadapi gagal bayar utang yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menurut para ekonom dapat menyebabkan resesi.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Senin mengingatkan tentang betapa sedikit waktu yang tersisa.
Yellen mengatakan, perkiraan tanggal gagal bayar paling awal tetap pada 1 Juni dan bahwa "sangat mungkin" Departemen Keuangan tidak lagi dapat membayar semua kewajiban pemerintah pada awal Juni jika plafon utang tidak dinaikkan.
Investor terus memantau negosiasi batas utang di Washington dengan seksama, berharap mendapatkan kepastian lebih menjelang tanggal X alias X-date pada 1 Juni mendatang.
"Kita mengirimkan sinyal yang sangat negatif tentang kemampuan kita dalam menjalankan ekonomi, apalagi menjadi penopang bagi dunia lain, dan pasar sejauh ini sebenarnya menghadapinya dengan sangat baik," kata Mohamed El-Erian kepada "Squawk Box" CNBC International pada Selasa (23/5/2023).
Meskipun ada hambatan ini dan ketidakpastian seputar langkah suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) selanjutnya, penasihat ekonomi utama tersebut mengatakan ia sangat terkesan dengan stabilitas pasar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
