
Harga Dunia Menguat, Dua Emiten Raksasa Nikel Masih Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham raksasa nikel terpantau masih belum bergairah hingga penutupan perdagangan sesi I Senin (22/5/2023), meski harga nikel terpantau menguat pada akhir pekan lalu.
Hingga pukul 12:00, dua saham raksasa nikel ambles. Hanya satu saham yang berhasil menguat pada penutupan perdagangan sesi I hari ini.
Berikut pergerakan tiga saham raksasa nikel pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Trimegah Bangun Persada | NCKL | 930 | -7,00% |
Merdeka Battery Materials | MBMA | 750 | -1,96% |
Vale Indonesia | INCO | 6.425 | 0,39% |
Sumber: RTI
Saham raksasa nikel Harita yakni PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) menjadi yang paling parah koreksinya yakni mencapai 7% ke posisi Rp 930/saham. Bahkan, saham NCKL sudah menyentuh auto reject bawah (ARB) hari ini.
Kemudian, saham raksasa nikel 'Boy Thohir' yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga ambles 1,96% menjadi Rp 750/saham.
Sementara untuk saham raksasa nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) cenderung memanfaatkan momentum cerahnya harga nikel acuan dunia, di mana saham INCO berhasil menguat 0,39% ke posisi Rp 6.425/saham pada akhir sesi I hari ini.
Adapun koreksi saham raksasa nikel terjadi meski harga nikel sendiri terpantau menguat pada akhir pekan lalu. Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga nikel di London Metal Exchange (LME) ditutup melesat 1,61% di US$ 21.278 per ton.
Pasar yang tetap berharap pulihnya perekonomian China dari pandemi Covid-19 membuat harga nikel kembali bergairah akhir pekan lalu. China adalah konsumen logam industri terbesar di dunia dan harganya sangat sensitif terhadap perkembangan China.
Nikel juga didorong oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah, yang membuat komoditas berdenominasi dolar ini lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Meski harga nikel cenderung positif, tetapi belum efektifnya penggunaan nikel terhadap industri kendaraan listrik di Indonesia sepertinya menjadi penyebab masih lesunya saham raksasa nikel pada hari ini.
Penggunaan nikel masih didominasi untuk bahan baku produksi stainless steel atau baja tahan karat, meski prospek baterai akan terus berlanjut. Diperkirakan permintaan dari sektor baterai akan meningkat dari 163 ribu ton menjadi 1,22 ton Ni.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duo Saham Baterai Listrik MBMA-NCKL Ambles, Ada Apa?