Analisis Teknikal

Siap-Siap, IHSG Bakal Rebound! Ini Tanda-Tandanya

trp, CNBC Indonesia
19 May 2023 05:16
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,2% menjadi 6.663,11 pada penutupan perdagangan Rabu (17/5/23).

Sebanyak 331 saham melemah, 210 saham tidak bergerak, dan hanya 201 saham yang menguat. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp10,8 triliun dengan melibatkan sekitar 31 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.

Setelah sempat dibuka menguat beberapa saat, IHSG bergerak volatil hingga ditutup di wilayah negatif di akhir sesi II. Dalam lima hari perdagangan IHSG terkoreksi 2,18%. Sementara itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 2,74%.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv sebagian besar sektor melemah. Sektor Energi masih menjadi yang paling merugikan indeks turun 1,5% lebih. Saham emiten batubara milik PT Bayan Resources dan PT Adaro Energy berkontribusi negatif terhadap IHSG masing-masing dengan bobot sebesar 4,78 dan 4,29 indeks poin.

Secara keseluruhan, IHSG cenderung fluktuatif pada perdagangan pada Rabu. Saham batu bara masih menjadi salah satu pemberat indeks.

Sentimen dari turunnya nilai ekspor Indonesia sepertinya menjadi pemberat indeks dan saham-saham batu bara pada sesi II pada Rabu.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia April 2023 tercatat US$ 19,29 miliar, turun 17,62% dibandingkan Maret lalu dan anjlok 29,4% dibanding April 2022.

Nilai impor Indonesia April 2023 juga mengalami penurunan ke posisi US$ 15,35 miliar. Nilai impor turun 25,45% secara bulanan, dan menyusut 22,32% dibandingkan April 2022.

Emiten-emiten yang berada di sektor yang berkaitan dengan ekspor dan terutama komoditas kemungkinan akan mengalami tekanan dalam beberapa hari ke depan.

Selain itu, ada kemungkinan bank sentral AS (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya. Hal tersebut menjadi salah satu penekan Wall Street, bahkan harga emas pun ikut anjlok.

Presiden The Fed wilayah Richmond pun mengatakan ia masih "nyaman" jika suku bunga kembali dinaikkan untuk menurunkan inflasi.

Alhasil pasar saham kembali tertekan, emas juga anjlok. Semakin tinggi suku bunga. artinya likuiditas semakin ketat, yang berdampak buruk ke pasar saham.

Para investor bisa lebih tertarik menanamkan uangnya di obligasi atau deposito karena suku bunga sedang tinggi, dan minim risiko.

"Kita perlu melihat tanda-tanda The Fed mencapai pivot, dan hingga saat ini kita belum benar-benar melihatnya," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, sebagaimana dilansir CNBC International.

Pasar kini melihat probabilitas kenaikan suku bunga di AS pada bulan depan sekitar 17% kembali naik dari sebelumnya di bawah dua digit, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.

Pada perdagangan hari ini, investor masih akan mencerna perkembangan ribut-ribut default AS.

Teranyar, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memastikan bahwa negara yang dipimpinnya tidak akan mengalami gagal bayar. Pasalnya parlemen telah memberi lampu hijau plafon utang akan berlanjut.

Kepastian mengenai kenaikan plafon utang AS disampaikan langsung oleh Ketua Parlemen AS Kevin McCarthy.

"Saya pikir, akhirnya kita tidak mengalami gagal bayar utang," ujar McCarthy seperti dikutip CNBC Internasional, Kamis (18/5/2023).

Di samping soal problem utang AS, pembagian dividen jumbo dari sejumlah emiten RI, dan rilis data defisit neraca dagang Jepang yang menyusut, akan menjadi sentimen tambahan untuk pasar saham domestik hari ini.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Rabu, IHSG memerah dan membentuk pola inverted hammer yang bisa menjadi indikator pembalikan arah.

Secara umum, IHSG masih downtrend, belum mampu mendekati MA 20 (6.798).

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun mendekati area jenuh jual ke 36,99.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan melebar. Bar histogram juga masih di bawah teritorial negatif.

Hari ini, terbuka peluang bagi IHSG untuk menguji resistance terdekat di level psikologis 6.700, sebelum menguji resistance selanjutnya di 6.727. Apabila gagal, level support untuk IHSG berada di 6.655 dan 6.637.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular