"Benih" Suku Bunga AS Naik Muncul Lagi, Semoga Rupiah Kuat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 May 2023 08:45
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sudah empat hari tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS), Selasa kemarin kembali melemah 0,14% ke Rp 14.815/US$. Pelemahan rupiah berisiko berlanjut pada perdagangan Rabu (17/5/2023), sebab ada pernyataan dari pejabat bank sentral AS (The Fed) yang bisa memberikan tekanan.

Presiden The Fed wilayah Richmond pun menyatakan ia masih "nyaman" jika suku bunga kembali dinaikkan untuk menurunkan inflasi. Hal tersebut diungkapkan setelah rilis data penjualan ritel yang masih kuat, menjadi indikasi inflasi akan sulit untuk turun.

"Kita perlu melihat tanda-tanda The Fed mencapai pivot, dan hingga saat ini kita belum benar-benar melihatnya," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (17/5/2023) 

Pasar kini melihat probabilitas kenaikan suku bunga di AS pada bulan depan sekitar 17% kembali naik dari sebelumnya di bawah dua digit, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.


Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.

Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sayangnya rupiah yang juga sebelumnya mampu menembus ke bawah Fib. Retracement 61,8% kini kembali ke atasnya.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian terus bergerak naik setelah menyentuh wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mulai masuk oversold artinya ada risiko rupiah akan mengalami koreksi.

Fib. Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$ menjadi menjadi support kuat yang akan menahan jika rupiah menguat. Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.830/US$ jika ditembus rupiah berisiko menuju Rp 14.900/US$.

Sementara jika mampu kembali ke bawah Rp 14.730/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.650/US$ hingga Rp 14.620/US$, sebelum menguji lagi Rp 14.560/US$ pekan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Amerika Diramal Meninggi, Rupiah Bisa Menguat Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular