Awas, Harga Minyak Dunia Rawan Mendidih Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali naik pada awal perdagangan Selasa (16/5/2023) dimana pada perdagangan kemarin minyak juga naik hingga 1% setelah mengakhiri penurunan beruntun karena pengetatan pasokan.
Harga minyak mentah WTI menguat hingga 0,55% ke posisi US$71,5 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka menguat hingga 0,29% ke posisi US$75,75 per barel.
Pada perdagangan Senin (15/5/2023), minyak WTI ditutup menguat 1,53%% ke posisi US$71,11 per barel sementara minyak brent juga menguat 1,83% ke posisi US$75,53 per barel.
Harga minyak naik satu dolar per barel pada hari Senin setelah sempat turun, ditopang oleh prospek pengetatan pasokan di Kanada dan di wilayah lain.
Namun, kekhawatiran resesi terus menekan pasar.
Kebakaran hutan berkobar di Alberta, Kanada, mengurangi pasokan minyak mentah dalam jumlah besar ditambah lagi dengan kekhawatiran jika kondisi akan memburuk, ungkap analis Mizuho Robert Yawger.
Kebakaran setidaknya mengurangi produksi 300.000 barel setara minyak per hari (bpd) pada minggu lalu di Alberta. Pada tahun 2016, kebakaran hutan melumpuhkan lebih dari satu juta minyak bpd produksi di sana.
Pasokan minyak mentah global juga tengah diperketat pada pertengahan tahun setelah pemangkasan produksi OPEC+ Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia.
Tak hanya itu, mereka juga bisa kembali memangkas produksi lebih tinggi lagi.
"Pemangkasan OPEC+ cenderung memiliki dampak yang lebih besar saat kita melewati musim panas," ucap analis Third Bridge Peter McNally, dikutip dari Reuters.
Pemangkasan produksi OPEC akan diimbangi oleh upaya Amerika Serikat (AS) untuk menahan kenaikan harga dengan menambah cadangan minyak strategisnya.
Menteri Energi Jennifer Granholm kepada anggota parlemen pada hari Kamis pekan lalu mengatakan AS bisa mulai membeli kembali minyak untuk Cadangan Minyak Strategis setelah menyelesaikan penjualan yang diumumkan kongres pada bulan Juni nanti.
Kekhawatiran perlambatan ekonomi global juga membatasi kenaikan harga minyak. Terlebih, pelaku pasar masih mengkhawatirkan resesi AS dan risiko gagal bayar utang (default) pemerintah pada awal Juni nanti.
"Jika kondisi mereda selama beberapa bulan mendatang maka itu meredakan kekhawatiran ekonomi AS, harga minyak dapat bangkit kembali tetapi tampaknya sedikit lebih lambat," ucap analis OANDA Craig Erlam.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)