Pekan Lalu Merana, Akhirnya Bursa Asia Bergairah Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Senin (15/5/2023), setelah sepanjang pekan lalu cenderung terkoreksi.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melesat 0,81% ke posisi 29.626,3, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,75% ke 19.971,13, Shanghai Composite China menanjak 1,17% ke 3.310,74, Straits Times Singapura naik 0,19% menjadi 3.214,72.
Berikutnya indeks ASX 200 Australia menguat 0,14% ke 7.267,1, KOSPI Korea Selatan bertambah 0,16% ke 2.479,35, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik tipis 0,06% menjadi 6.711,74.
Bursa Asia-Pasifik akhirnya berhasil ditutup menghijau setelah sepanjang pekan lalu cenderung terkoreksi karena sentimen global yang kembali memburuk. Cerahnya bursa Asia-Pasifik juga terjadi di tengah masih lesunya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun tipis 0,03%, S&P 500 melemah 0,16%, dan Nasdaq Composite berakhir terkoreksi 0,36%.
Koreksi Wall Street terjadi setelah data pembacaan awal dari indeks sentimen konsumen Universitas Michigan periode Mei 2023, di mana data tersebut turun ke level terendah enam bulan di 57,7, dari sebelumnya pada April lalu di angka 63,5
Hal ini menandakan bahwa konsumen di AS cenderung lebih pesimis pada bulan ini karena inflasi yang masih meninggi dan masalah di industri perbankan yang membebani sentimen.
Di lain sisi, investor juga mengawasi Washington karena kekhawatiran seputar negosiasi plafon utang tetap ada. CNBC International melaporkan bahwa pertemuan antara Presiden Joe Biden dan para pemimpin Kongres AS yang ditetapkan pada Jumat lalu ditunda hingga minggu depan.
"Tidak ada satu pun sektor yang bergerak meyakinkan ke arah mana pun, mencerminkan kurangnya keyakinan secara umum di pasar," kata Joe Cusick, spesialis portofolio dan wakil presiden senior di Calamos Investments, dikutip dari CNBC International.
Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy serta pimpinan tinggi Kongres lainnya untuk membahas penyelesaian utang pada Selasa besok.
Seperti diketahui, pemerintahan Biden tengah dipusingkan dengan jalan buntu penyelesaian utang selama berbulan-bulan.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen kembali mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal senilai US$ 31,4 triliun guna mencegah default atau gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut akan memicu 'malapetaka' ekonomi global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)