
Minyak Mentah Dunia Naik Sih Tapi Tipis-Tipis Saja

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali naik pada awal perdagangan Kamis (11/5/2023) setelah sempat terkoreksi pada perdagangan sebelumnya.
Harga minyak mentah WTI menguat hingga 0,51% ke posisi US$72,93 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka menguat hingga 1,25% ke posisi US$77,6 per barel.
Pada perdagangan Rabu (10/5/2023), minyak WTI ditutup melemah 1,56% ke posisi US$72,56 per barel sementara minyak brent juga melemah 0,85% ke posisi US$76,64 per barel.
Minyak turun pada perdagangan kemarin setelah inflasi AS melandai tetapi tidak secepat harapan banyak pihak.
Inflasi pada April mencapai 4,9% (year on year/yoy) lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 5% juga dari Maret 2023 yang tercatat 5%.
Namun, inflasi justru meningkat bila dilihat dari bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm). Inflasi pada April tercatat 0,4% (mtm), jauh lebih tinggi dibandingkan Maret (0,1%).
Dengan inflasi yang melandai tidak secepat proyeksi maka bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) bisa kembali menaikkan suku bunga acuan lebih lama.
Naiknya suku bunga global telah membebani harga minyak dalam beberapa bulan terakhir, membuat para pedagang khawatir tentang resesi.
"Harga minyak tertekan oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi terkait dengan krisis perbankan dan kelemahan musiman normal selama musim semi karena permintaan energi moderat," ucap Jay Hatfield, CEO Manajemen Modal Infrastruktur.
Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 3 juta barel pekan lalu karena ada tambahan cadangan nasional dan penurunan ekspor.
Kenaikan persediaan ini berbarengan dengan melemahnya impor minyak mentah China. Impor minyak China anjlok 16,4% menjadi 10,3 juta barel per day (bpd) pad April dari 12,31 bpd pada Maret 2023.
Impor minyak China menjadi yang terendah sejak Januari 2023.
"Tanda-tanda memburuknya sektor-sektor kunci di China seperti manufaktur dan konstruksi mulai membebani sentimen ke depan," tutur analis Reuters Clyde Russell, kepada Reuters.
China dan Amerika adalah konsumen terbesar minyak mentah dunia.
Penurunan harga minyak mentah sedikit tertahan oleh lonjakan permintaan bensin AS menjelang musim mengemudi di musim panas.
Persediaan bensin AS turun 3,2 juta barel minggu lalu, jauh lebih besar dari perkiraan yakni 1,2 juta barel. Selain itu sulingan juga menurun.
Bensin berjangka RBOB RBc1 naik 0,7% menjadi US$2,50 per galon, sedangkan kontrak berjangka ULSD HOc1 tidak berubah.
"Kami memperkirakan bahwa harga minyak berkisar antara $75-95 selama 2023 berdasarkan pasokan dan permintaan, dan minyak akan naik saat memasuki musim mengemudi di musim panas," ucap Hatfield.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Merana Karena Amerika