Top! IHSG Menguat Sendirian, Bursa Asia Berjatuhan

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 May 2023 17:02
A man looks at a mobile phone in front of an electronic board showing Japan's Nikkei average outside a brokerage in Tokyo, Japan, March 23, 2018.  REUTERS/Toru Hanai
Foto: REUTERS/Toru Hanai

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup kembali terkoreksi pada perdagangan Rabu (10/5/2023), jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona hijau pada hari ini. IHSG berakhir menguat 0,47% menjadi 6.811,9.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,41% ke posisi 29.122,199, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,53% ke 19.762,199, Shanghai Composite China ambles 1,15% ke 3.319,15, Straits Times Singapura turun tipis 0,02% ke 3.242,29, ASX 200 Australia terpangkas 0,12% ke 7.255,7, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,54% menjadi 2.496,51.

Bursa Asia melemah sejalan dengan merahnya bursa Wall Street. Bursa AS tersebut jatuh karena meningkatnya kekhawatiran pasar mengenai krisis perbankan di AS serta kisruh plafon utang pemerintahan Joe Biden. Investor juga memilih wait and see sebelum pengumuman inflasi.

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,17%, indeks Nasdaq melandai 0,63% dan indeks S&P 500 terkoreksi 0,46%.

Kekhawatiran investor inilah yang bisa menular ke bursa Asia pada hari ini. Terlebih, krisis perbankan di AS juga belum mereda.

Seperti diketahui, Presiden AS Joe Biden telah berusaha menyelesaikan persoalan utang dengan mengadakan pertemuan dengan Ketua DPR dari Partai Republik, Kevin McCarthy pada Selasa kemarin.

Kedua belah pihak sebelumnya sudah menyatakan jika ini adalah percakapan biasa, dan kenaikan pagu utang tidak akan terjadi dalam pertemuan kali ini.

AS kembali mengalami masalah utang yang sudah mencapai batas pagu US$ 31,4 triliun. Jika tidak dinaikkan, maka Amerika Serikat terancam mengalami gagal bayar. Hal ini menjadi salah satu penekan Wall Street dalam beberapa pekan terakhir.

Jika persoalan utang tidak juga diselesaikan maka ekonomi AS bisa melambat lebih cepat dan bisa berimbas kepada ekonomi global.

Pergerakan bursa Asia hari ini juga akan dibayangi oleh rilis data inflasi AS malam nanti.

Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada April diprediksi tumbuh 0,4% month-to-month (mtm) lebih tinggi dari sebelumnya 0,1%. Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan sebesar 5%, sama dengan bulan sebelumnya

Jika inflasi masih kencang maka sulit bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk segera melunak.

Presiden The Fed wilayah New York, John William mengatakan inflasi baru akan mencapai target 2% dalam jangka waktu dua tahun ke depan. Ia juga membuka peluang suku bunga kembali dinaikkan.

"Kami tidak pernah mengatakan kenaikan suku bunga sudah berakhir. Kami akan memastikan mencapai target kami, kami akan menilai apa yang terjadi pada perekonomian dan mengambil keputusan berdasarkan data," kata William sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (9/5/2023).

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular