
Duh! Rupiah Menuju Pelemahan 3 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (10/5/2023). Munculnya ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) memberikan tekanan bagi rupiah sejak awal pekan.
Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah 0,17% ke Rp 14.750/US$. Depresiasi bertambah menjadi 0,2% ke Rp 14.755/US4 pada pukul 9:07 WIB. Jika gagal bangkit hingga penutupan perdagangan nanti, rupiah akan mencatat pelemahan tiga hari beruntun.
Presiden The Fed wilayah New York, John William mengatakan inflasi baru akan mencapai target 2% dalam jangka waktu dua tahun ke depan. Ia juga membuka peluang suku bunga kembali dinaikkan.
"Kami tidak pernah mengatakan kenaikan suku bunga sudah berakhir. Kami akan memastikan mencapai target kami, kami akan menilai apa yang terjadi pada perekonomian dan mengambil keputusan berdasarkan data," kata William sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (9/5/2023).
Data inflasi dari AS akan dirilis malam ini. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada April diprediksi tumbuh 0,4% month-to-month (mtm) lebih tinggi dari sebelumnya 0,1%. Sementara secara tahunan atau year-on-year (yoy) diperkirakan sebesar 5%, sama dengan bulan sebelumnya.
Inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan pangan diprediksi tumbuh 0,4% (mtm) sama dengan pertumbuhan Maret, dan 5,5% (yoy) sedikit turun dari bulan sebelumnya 5,6% (yoy).
Prediksi tersebut menunjukkan inflasi di Amerika Serikat masih sulit turun, yang bisa jadi menguatkan ekspektasi kenaikan suku bunga. Apalagi jika inflasi tersebut justru lebih tinggi dari prediksi.
Sementara itu kabar baik datang dari Bank Indonesia yang melaporkan Survei Konsumen pada April 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2023 sebesar 126,1, lebih tinggi dibandingkan dengan 123,3 pada Maret 2023.
Menguatnya optimisme konsumen didorong oleh peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap ekonomi ke depan," papar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono, Selasa (9/5/2023).
Semakin optimistis konsumen artinya akan ada banyak belanja yang dilakukan. Hal ini bisa berdampak positif, sebab belanja konsumen merupakan motor penggerak perekonomian. Pada kuartal I-2023 kontribusinya mencapai 51,88%, bahkan hanya konsumsi rumah tangga yang tumbuh dibandingkan kuartal IV-2022, sektor lainnya mengalami kontraksi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Amerika Diramal Meninggi, Rupiah Bisa Menguat Lagi?
