
Saham Bank RI Kok Pada Loyo, Ada Apa Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan Indonesia kelompok KBMI 3-4 secara mayoritas melemah pada perdagangan sesi I Selasa (9/5/2023), di tengah sikap investor yang cenderung wait and see menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS).
Dari 13 saham bank KBMI 3-4, tercatat sembilan saham melemah, dua saham cenderung stagnan, dan dua saham menguat.
Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.355 | -1,45% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 5.050 | -0,98% |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.125 | -0,88% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.740 | -0,85% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.075 | -0,82% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.950 | -0,56% |
Bank Mandiri | BMRI | 5.100 | -0,49% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.750 | -0,36% |
Bank Mega | MEGA | 4.970 | -0,20% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 232 | 0,00% |
Bank Permata | BNLI | 950 | 0,00% |
Bank OCBC NISP | NISP | 955 | 0,53% |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.230 | 1,23% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 09:39 WIB, saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menjadi saham bank yang koreksinya paling besar pada sesi I hari ini, yakni mencapai 1,45% ke posisi Rp 1.355/unit.
Namun, untuk saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menjadi saham yang paling besar penguatannya pada sesi I hari ini, yakni melesat 1,23% menjadi Rp 1.230/unit.
Dalam beberapa hari terakhir, saham perbankan di Indonesia memang cenderung kurang bergairah dan menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut kurang bergairah karena bank-bank raksasa juga masih cenderung lesu.
Adanya potensi rotasi sektor, masa sesudah pembagian dividen, dan krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) sepertinya menjadi penyebab saham-saham perbankan, terutama bank-bank raksasa di RI belum kembali bergairah.
Di lain sisi, investor juga cenderung wait and see menanti rilis data inflasi AS, karena jika inflasi kembali naik, maka bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih akan bersikap agresif.
Pelaku pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 8% The Fed akan kembali menaikkan suku bunga pada Juni mendatang. Padahal sebelum rilis data tenaga kerja, probabilitas tersebut nyaris nol, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group.
Semakin tinggi suku bunga, maka risiko resesi yang semakin dalam menghantui AS. Dampaknya bisa meluas, sebab AS merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMRI ATH Lagi di Rp 6.600, Saham Bank Jumbo Lain Ngikut?
