Bingung Mencari Arah, Harga Batu Bara Diam di Tempat

mae, CNBC Indonesia
09 May 2023 07:10
Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara diam di tempat. Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (8/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 168,5 per ton. Harganya tidak bergerak dibandingkan perdagangan terakhir pekan lalu.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 11 Januari 2022 (US$ 168,1 per ton) atau dalam 16 bulan terakhir atau hampir 1,5 tahun.

Pada pekan lalu, harga batu bara ambles 8,99%. Pelemahan ini lebih besar dibandingkan pada pekan sebelumnya di mana harga batu bara jatuh 2,22%

Tidak bergeraknya harga batu bara disebabkan oleh aksi investor yang memilih wait and see serta minimnya katalis baru bagi pergerakan pasir hitam.

Harga batu bara pada pekan lalu ambruk karena sejumlah sentimen negatif mulai dari lonjakan produksi di China dan India, keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) mengerak suku bunga, serta rencana India menghentikan pembangunan pembangkit listrik batu bara.

S&P Global dalam laporannya Market Movers Asia menjelaskan sebetulnya ada harapan bagi batu bara untuk naik pada pekan ini. Di antaranya adalah kembali aktifnya pasar komoditas China setelah libur buruh serta dampak terganggunya pengiriman batu bara di Indonesia.

Namun, faktor-faktor tersebut kemungkinan belum cukup kuat menopang kenaikan harga yang signifikan.

"Permintaan dari China diharapkan naik karena pelaku pasar sudah kembali dari libur Hari Buruh. Pasar juga melihat apakah ada dampak serius dari terganggunya pengiriman batu bara di Indonesia," tutur S&P dalam laporannya.

Seperti diketahui, pasar batu bara China dan aktivitas manufaktur Tiongkok dalam sorotan karena melemah.  China adalah konsumen terbesar batu bara di dunia sehingga perkembangan di China akan berdampak ke harga batu bara global.

Purchasing Manager Index (PMI) China terkontraksi menjadi menjadi 49,2 dari pada April. Indeks jauh lebih kecil dibandingkan 51,9 pada Maret 2023. Pelemahan manufaktur bisa membuat permintaan batu bara melandai.

Pasar batu bara Chuna juga melandai dalam sepekan terakhir setelah mereka gencar impor pada April dan Mei.

Impor batu bara China dari Australia menembus 10,04 juta ton pada Maret-April 2023. Jumlah tersebut melonjak 75% dibandingkan periode yang sama pada 2020.

Musim panas yang relatif bersahabat di sebagian besar wilayah China membuat kekhawatiran akan pasokan tidak terjadi. Impor pun diperkirakan akan melandai.

Impor juga diprediksi melandai karena lonjakan produksi.

Produksi batu bara China meningkat drastis mencatat rekor pada Maret 2023 dengan jumlah 417,22 juta ton, Jumlah itu setara dengan 13,46 juta ton per hari yang merupakan rekor tertinggi.

Produksi batu bara China menembus 1,15 miliar pada Januari-Maret 2023, atau meningkat 5,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, pengiriman batu bara PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) terganggu karena jalur kereta yang amblas di jalur kereta api Sumatera Selatan (Sumsel) - Lampung.

Terkait gangguan di jalur kereta api Sumatera Selatan (Sumsel) - Lampung, perbaikan terus dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI untuk jalur kereta api Sumsel - Lampung yang mengalami ambles di Km 206 antara lintas Stasiun Gilas - Sepancar.

Percepatan recovery jalur kereta Sumsel - Lampung diupayakan dapat segera selesai sehingga pengangkutan batu bara kembali normal.

Indonesia adalah eksportir terbesar untuk batu bara thermal sehingga gangguan produksi dan distribusi bisa mengganggu keseimbangan pasar global.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular