
Banyak Jebakan "Maut" Pekan Depan, Pasar RI Bisa Terguncang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada pekan lalu. Nasib pasar keuangan RI terancam labil pada pekan depan mengingat banyaknya sentimen penggeraknya.
Indeks Harga Saham Gabungan (HIS) ditutup melemah 0,82% di posisi 6.844,03 pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (5/5/2023). IHSG juga anjlok 1,85% dalam sepekan.
Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,03% di posisi Rp 14.670/US$1 tetapi dalam sepekan mata uang Garuda melemah 0,034%. Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun menguat menjadi 6,44% pekan ini. Posisi terkuatnya sejak Maret 2022.
Pergerakan pasar keuangan RI pekan depan akan dibayangi banyak sentimen baik dari dalam ataupun luar negeri pada pekan depan. Di antaranya pengumuman cadangan devisa (cadev) hingga inflasi Amerika Serikat (AS).
Di awal pekan atau Senin (8/5/2023), Bank Indonesia akan mengumumkan cadev untuk April 2023 pada pukul 11:00 WIB.
Cadev Indonesia meningkat selama lima bulan beruntun sejak November 2022.
Pada akhir Oktober 2022, cadev masih tercatat US$ 130,2 miliar sementara per akhir Maret melonjak menjadi US$ 145,2miliar. Artinya, ada kenakan sebesar US$ 15 miliar.
Kenaikan ini tentu saja menjadi kabar positif karena bisa memperkuat posisi rupiah.
Kenaikan cadev sedikit banyak juga menunjukkan jika instrumen operasi moneterTermDeposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD ValasDHE) yang berlakusejak 1 Maret mulai efektif menarik DHE yang diparkir di luar negeri.
Pada Senin sore hari pukul 16:00 WIB, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KKSK) juga akan menggelar pertemuan dan konferensi pers mengenai kondisi ekonomi terkini.
Menarik ditunggu apa respon kebijakan dari fiskal dan moneter dalam menanggapi perkembangan krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) serta plafon utang pemerintah AS.
Juga, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2023 yang menembus 5,03% (year on year/yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur BI perry Warjiyo, Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar serta Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dijadwalkan hadir dalam konferensi pers tersebut.
Pada Selasa (9/5/2023) pukul 10:00 WIB, China akan mengumumkan data neraca perdagangan April 2023.
Perkembangan ekspor impor China tersebut tentu saja akan berdampak besar terhadap perdagangan Indonesia mengingat Tiongkok adalah mitra dagang terbesar.
Impor China terkontraksi 1,4% (yoy) pada Maret. Jika impor China melambat maka ini bisa menjadi sinyal akan melambatnya permintaan barang-barang Indonesia, termasuk batu bara.
BI juga akan mengumumkan Laporan Survei Konsumen April 2023 pada Selasa pekan depan. Survei konsumen April menjadi penting karena akan merekam indeks keyakinan konsumen selama Ramadan tahun ini.
Jika indeks melemah maka harapan ekonomi Indonesia akan tumbuh pesar ke depan akan terancam.
Data terpenting dari luar negeri pekan depan adalah inflasi AS. AS akan mengumumkan pergerakan inflasi April pada Rabu pukul 19:30 WIB waktu Indonesia (10/5/2023).
Data ini akan menjadi pegangan bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan Juni mendatang.
Inflasi AS sudah melandai ke 5% (yoy) pada Maret 2023, dari 6% pada Februari 2023.
Jika inflasi melandai maka harapan pasar untuk melihat kebijakan The Fed yang dovish bisa terwujud.
Sebelum data inflasi AS keluar, BI pada Rabu pagi akan mengumumkan Laporan Survei Penjualan Eceran Maret 2023.
Pada periode Februari 2023, Indeks Penjualan Riil (IPR tumbuh positif sebesar 0,6% (yoy). Indeks diperkirakan tumbuh 4,8% (yoy) pada Maret.
Indeks diperkirakan melonjak karena ada momen Ramadan di mana penjualan biasanya meningkat tajam.
Jika indeks melemah maka hal ini perlu dicermati karena bisa menjadi sinyal jika konsumsi tidak sekencang proyeksi banyak orang.
Kamis pekan depan (11/5/2023) juga akan diwarnai banyak rilsi data mulai dari inflasi China untuk April dan keputusan bank sentral Inggris mengenai kebijakan moneternya.
AS akan mengumumkan dua data penting pada Kamis malam pukul 19:30 pekan depan yakni indeks harga produsen (PPI) AS untuk April serta klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei.
PPI paa Maret terkoresi 0,5% (month to month/mtm) sementara secara tahunan (yoy) malah naik menjadi 2,7% dari 2,5% pada Maret.
PPI dan klaim pengangguran mencerminkan sejauh mana produsen AS serta warga mereka terdampak kenaikan suku bunga AS.
Kedua faktor juga diharapkan bisa memberi gambaran lebih jelas mengenai pergerakan ekonomi AS terkini setelah dihantam krisis perbankan.
Kedua data akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan Juni mendatang.
Pada akhir pekan depan, Jumat (12/5/2023), AS akan mengumumkan data indeks kepercayaan konsumen Michigan Consumer Sentiment.
Setelah krisis yang menimpa perbankan AS dan kisruh plafon utang maka menarik dicermati seperti apa indeks kepercayaan warga AS terhadap perkembangan ekonomi ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meski Minim Sentimen, IHSG Lompat 1,33% ke 7.129 di Sesi I