Pangkas Koreksi, IHSG Ditutup Melemah 0,74%

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
03 May 2023 16:22
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi II perdagangan Rabu (3/5/23) drop 0,74% menjadi 6.812,72 secara harian.

Sebanyak 337 saham melemah, 206 saham menguat, sementara 190 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkannilaitransaksimencapai sekitarRp. 10,5 triliundengan melibatkan15,3miliar sahamyang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor melemah dengan sektor Energi memimpin pelemahan sebesar dua persen lebih.

Adapun limabottom moversIHSG berdasarkan bobot indeks poinnya pada penutupan sesi II hari ini adalah sebagai berikut:

  1. PT Bank Central Asia (-9,15)
  2. PT Bayan Resources (-8,47)
  3. PT United Tractors (-7)
  4. PT Bank Rakyat Indonesia (-6,35)
  5. PT Gojek Tokopedia (-5,97)

Hari ini sesaat setelah dibuka, IHSG konsisten diperdagangakan di wilayah negatif. Dalam lima hari perdagangan IHSG terkoreksi 0,13%. Sementara itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 0,55%.

Sentimen global kembali memburuk setelah pelaku pasar di Amerika Serikat (AS) khawatir dengan beberapa masalah yang menghantui negaranya. Adapun masalah tersebut yakni krisis perbankan, plafon utang, dan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Krisis perbankan kembali muncul setelahJPMorgan Chase resmi memenangi lelang atas akuisisi First Republic Bank, yang sebelumnya sempat heboh karena menjadi salah satu bank yang terdampak krisis Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS).

JPMorgan mendapatkan sekitar US$ 92 miliar dalam bentuk deposito pada kesepakatan tersebut, termasuk sebesar US$ 30 miliar yang telah didepositokan JPMorgan dan bank-bank besar lainnya ke dalam First Republic bulan lalu. Bank ini juga mengambil pinjaman US$ 173 miliar dan sekuritas US$ 30 miliar.

Namun, investor di AS justru melepas saham perbankan hingga membuatnya terkoreksi parah dan membebani Wall Street kemarin.

Selain itu,AS juga tengah mendapat gonjang-ganjing terkait utang nasional. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang.

Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional.

Ada syarat yakni pemotongan drastis anggaran belanja karena pemerintah dianggap terlalu boros, yang bakal menjadi sandungan bagi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

"Perkiraan terbaik kami adalah bahwa kami tidak akan dapat terus memenuhi semua kewajiban pemerintah pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni," katanya dikutipAFP, Selasa (2/5/2023).

Investor juga cenderungwait and seejelangkeputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), sehingga saham perbankan juga kurang bergairah pagi hari ini.

Pasar masih menanti sikap The Fed terhadap kebijakan suku bunga acuan, meski pelaku pasar sudah memprediksi bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Selasa-Rabu pekan ini.

Sejauh ini, menurut alat FedWatch CME Group, sekitar 91,5% investor bertaruh bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp). Sedangkan 8,5% investor bertaruh The Fed akan mempertahankan suku bunganya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular