
Ini Beda Nasib Raksasa Teknologi RI vs AS, Google vs GOTO

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham teknologi di Bursa Efek Indonesia sudah merilis hasil laporan keuangan hingga per 31 Maret 2023.
Sayangnya rata-rata emiten teknologi membukukan penurunan kinerja hingga kerugian pada kuartal I 2023.
Menengok dari lima emiten teknologi terbesar di Indonesia, semuanya masih mengalami penurunan kinerja.
Perusahaan teknologi saat ini masih terus melakukan efisien biaya dan terus mengejar profit.
Kenaikan suku bunga juga rentan terhadap kenaikan biaya operasional pada perusahaan teknologi yang berimbas pada kenaikan harga jasa dan jangka panjang bisa mengurangi pendapatan atas penurunan permintaan.
Setelah banyak melakukan bakar uang untuk mendapatkan banyak pelanggan dan ekspansi kini perusahaan teknologi lebih ketat dalam mengeluarkan biaya.
Bahkan efisien biaya salah satunya dilakukan dengan mengurangi jumlah karyawan. Salah satunya, pada Maret 2023 GOTO telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 600 karyawan. Dengan pemutusan ini GOTO berhasil mengurangi kerugian pada kuartal I 2023.
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali membukukan kerugian meskipun berhasil menyusutkan angka kerugian menjadi Rp3,86 triliun.
Kerugian turun sebesar 40,31% jika dibandingkan dengan kerugian pada kuartal I tahun 2022 yang berada di angka Rp 6,47 triliun.
Rugi turun dibantu peningkatan pendapatan bersih Rp3,33 triliun atau melonjak 122,55% atau jika dibandingkan kuartal I tahun 2022.
Naiknya pendapatan bersih GOTO disebabkan oleh angka imbalan jasa yang meningkat. Angka imbalan jasa GoTo melejit 344,98% menjadi Rp1,90 triliun dari Rp428,55 miliar.
Imbalan iklan, jasa pengiriman, dan lain-lain secara berturut-turut menyumbang Rp562,50 miliar; Rp476,67 miliar; dan Rp386,25 miliar.
Bukan hanya GOTO yang membukukan kerugian, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga membukukan kerugian.
BUKA mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp971,02 miliar per Maret 2023. Nilai tersebut berbalik dari laba bersih Rp 14,55 triliun pada Maret 2022.
Kerugian disebabkan oleh rugi investasi yang belum dan sudah terealisasi BUKA sebesar Rp 783,73 miliar di Maret 2023. Posisi tersebut berbalik dari laba senilai Rp 15,49 triliun per Maret 2022.
Perusahaan teknologi besar lainnya yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) juga mencatatkan rugi bersih senilai Rp330 miliar, berbalik dari laba bersih kuartal I 2022 sebesar Rp4,07 triliun.
Dalam laporan keuangannya, EMTK juga mencatat rugi selisih kurs sebesar Rp253,3 miliar, dari sebelumnya laba selisih kurs Rp10 miliar secara tahunan.
EMTK juga membukukan rugi dari entitas asosiasi senilai Rp258,16 miliar, dari sebelumnya laba senilai Rp3,48 triliun pada kuartal I 2022.
Sedangkan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) masih bertahan dalam membukukan laba pada kuartal I 2023 meskipun laba tersebut merosot 11% jika dibandingkan kuartal I 2022.
MTDL meraup laba bersih sebesar Rp146,41 miliar turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp164,59 miliar.
Dan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) mencatat laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp2 miliar pada kuartal I 2023, merosot 86% dibandingkan kuartal I 2022 sebesar Rp14,7 miliar.
Kondisi perusahaan berbasis teknologi Tanah Air berbanding terbalik dengan raksasa di Amerika Serikat (AS). Raksasa teknologi AS justru berhasil mencatat kinerja di atas ekspektasi pasar pada periode Januari-Maret 2023.
Tak kalah sama dalam mengejar profit. Beberapa perusahaan teknologi besar di AS juga berupaya melakukan efisiensi biaya dengan melakukan phk besar-besaran untuk menekan biaya agar dapat memaksimalkan laba.
Amazon mencatatkan pendapatan kuartal I 2023 sebesar US$127,4 miliar, naik 9% (year on year/yoy) serta naik 7% (quartal to quartal/qtq).
Namun, masih jauh dari laju historis pertumbuhan top-line. Laba bersih pada Januari-September 2023 tercatat US$3,17 miliar, atau 31 sen per saham, dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar US$3,8 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Amazon berencana merumahkan 9.000 pekerjanya sebagai bagian dari efisiensi.
Pada bulan Januari Amazon telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) lebih dari 18.000 pekerja. Dan pada hari Kamis, perusahaan memberhentikan sekitar 100 karyawan di Amazon Studios dan Prime Video.
Bukan hanya Amazon, Alphabet (Google) juga melakukan pemotongan biaya paling ekstrem dalam sejarah perusahaan, termasuk memberhentikan 12.000 karyawan atau sekitar 6% dari tenaga kerjanya pada bulan Januari.
Bukan hanya ke biaya karyawan saja, Google juga melakukan pemotongan biaya real estate, layanan karyawan dan peralatan. Google melaporkan biaya US$2,6 miliar terkait dengan PHK dan pengurangan ruang kantor selama kuartal tersebut.
Laba bersih Google turun menjadi US$15,05 miliar, atau US$1,17 per saham pada Januari-Maret 2023, dari US$16,44 miliar, atau US$1,23 per saham.
Kabar baiknya, Google akhirnya menghasilkan keuntungan dalam bisnis komputasi awannya, yang bersaing dengan Amazon dan Microsoft.
Unit tersebut mencatat pendapatan operasional sebesar US $191 juta pada kuartal tersebut.
META perusahaan milik salah satu orang terkaya di dunia Mark Zuckerberg yang juga melakukan PHK pada perusahaannya. Sekitar 21.000 karyawan di perusahaan Mark kehilangan pekerjaan.
Meskipun sudah melakukan efisiensi biaya, laba bersih META turun 24% menjadi US$5,7 miliar, atau US$2,20 per saham pada Januari-Maret 2023.
Laba bersih lebih rendah dari US$7,47 miliar, atau US$2,72 per saham, pada kuartal yang sama tahun lalu.
Jika tidak melakukan efisien biaya bisa saja META justru membukukan penurunan laba yang lebih dalam bahkan kerugian.
Meta mengatakan bahwa total pengeluaran untuk tahun 2023 akan berkisar antara US$86 miliar hingga US$90 miliar. Angka itu termasuk biaya restrukturisasi yang berkisar antara US$3 miliar hingga US$5 miliar.
Pengeluaran modal akan tetap berkisar antara US$30 miliar hingga US$33 miliar. Angka tersebut menyumbang peningkatan investasi kecerdasan buatan dan produk yang didukung iklan seperti newsfeed dan Reels.
Mark mengatakan pada bulan Februari 2023 bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun efisiensi bagi perusahaan.
Saat ini perusahaan teknologi baik dalam dan luar negeri terus melakukan efisiensi biaya untuk memaksimalkan profit agar perusahaan tetap terus berjalan dan meningkatkan kepercayaan investor atas perbaikan kinerja dari perusahaan.
Rentannya pada kenaikan suku bunga juga sangat berpengaruh pada profit yang dihasilkan dari perusahaan teknologi. Saat ini suku bunga Indonesia masih bertahan di 5,75%. Saat ini The Fed juga akan segera mengumumkan kenaikan suku bunga yang tentunya akan berpengaruh pada kinerja perusahaan teknologi.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Emiten Tekno Berat, Punya Grup Djarum Paling Mending
