
Raja Keramik RI Disebut di Arsip 'Hitam' Rahasia AS, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha masuk majalah Forbes sudah biasa. Pengusaha menceritakan kisah kesuksesan secara heroik tentu tak lagi mengejutkan. Namun, ada pengusaha yang anti-mainstream. Alih-alih masuk Forbes, namanya justru disebut dalam arsip rahasia Amerika Serikat (AS).
Sebagai catatan, pada 2017 lalu AS merilis arsip yang telah dirahasiakan dan ditutupinya sejak tahun 1965. Salah satunya arsip 'hitam' tersebut beradal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta berjudul Indonesian Diary (1967) yang dihimpun Elliot Haynes, ketua Business International Corporation (BIC).
Elliot mewakili AS untuk melakukan wawancara kepada para pengusaha untuk melihat iklim investasi di Indonesia saat peralihan rezim Sukarno ke Soeharto. (Anda bisa lihat arsip tersebut secara digital di sini)
Salah satu yang diwawancara dan disebut namanya di arsip tersebut adalah Oei Jong Tjio. Namanya memang asing di masa kini, tetapi dialah pelopor industri keramik di Indonesia, sekaligus juga memiliki panggung besar dalam sejarah Indonesia.
Oei tercatat lahir di Tulungagung pada 20 Juli 1908. Dia termasuk golongan mampu dan terpelajar di masa kolonial. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilannya menempuh kuliah hukum di Universitas Leiden, Belanda pada 1920-an.
Saat di Leiden itulah dia berkenalan dengan Mohammad Hatta yang sedang belajar di Nederlandse Economische Hogeschool (NEH), Rotterdam.
Kwik Kian Gie dalam Menelusuri Zaman, Memoar dan Catatan Kritis (2017) menyebut kalau Oei dan Hatta adalah sahabat karib saat tinggal di Belanda. Meski berbeda sekolah dan kota, Hatta kerap ke Leiden menemui Oei. Sebab, Leiden adalah pusat studi mahasiswa Indonesia, sekaligus pusat organisasi pergerakan kemerdekaan bernama Perhimpunan Indonesia (PI), yang juga diketuai oleh Hatta.
Kedekatannya dengan proklamator RI inilah yang kemudian mengangkat nama Oei di panggung politik dan ekonomi nasional. Tercatat, Oei pernah menjadi delegasi Konferensi Meja Bundar 1949. Selain itu, dia juga pernah menjadi penasehat Hatta saat menjadi Wakil Presiden (1945-1956).
Saat bekerja bersama itulah Hatta meminta Oei merintis industri keramik modern pertama di Indonesia. Singkat cerita, Oei mendirikan PT Keramika Indonesia Baru di Tanjung Pandang, Belitung pada 1953.
Laman resmi perusahaan menyebut pada mulanya pabrik tersebut memproduksi beberapa jenis alat-alat makan dengan kapasitas yang sangat kecil. Meski berjalan merangkak, usaha keramik modern pertama di Indonesia tak bangkrut. Saat krisis ekonomi dan politik tahun 1960-an, perusahaan Oei tetap bertahan.
Meski lulusan sarjana hukum, Oei fasih bicara ekonomi Indonesia. Yunus Yahya dalam buku Peranakan Idealis (2002) menjelaskan kalau Oei banyak bicara mengenai anggaran negara dan dinamika bisnis di era Sukarno. Akibatnya dia mendapat sorotan luas di sektor bisnis dan politik.
Tak heran, saat terjadi peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto tahun 1965, AS menargetkan Oei, yang nasionalis tulen dan anti-komunis, untuk bicara secara rahasia memaparkan situasi Indonesia dari kacamata seorang pebisnis.
Dalam arsip rahasia Indonesian Diary (1967) tersebut, Oei diketahui membocorkan situasi kepada Elliot Haynes pada 1 Desember 1967 pukul 2.30-3.40. Selama itu dia memberitahu jumlah anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan nama pengusaha yang cocok berbisnis dengan AS.
Misalkan, dia merekomendasikan nama pengusaha Medan Tan Theam Ann ketimbang Choo Ming Fat, pemilik industri karet Tri Bina Karya yang dekat dengan komunis. Tak hanya itu, dia juga memberitahu bobroknya sistem birokrasi di Indonesia, yang bagi Oei, penuh dengan kegagalan dan korupsi. Termasuk korupsi di BUMN Garuda Airways.
"Corruption in Indonesia is widespread. [...] The same corruption is evident in rubber, oil, tea, etc," tutur Oei kepada Elliot.
Setelah peralihan kekuasaan, tidak ada catatan mengenai kehidupan Oei. Dia meninggal pada 6 April 1985. Tempo menyebut dia meninggal akibat serangan jantung.
Meski telah tiada, namanya abadi dan dikenang sebagai bapak keramik, sekaligus raja keramik Indonesia.
Sementara, PT Keramik Indonesia Baru (kemudian ganti nama menjadi PT Keramika Indonesia Assosiasi) di era Soeharto tetap bertahan, bahkan menjadi pemain utama di industri keramik. Pada 1994, PT Keramika Indonesia Assosiasi resmi melantai di Bursa Saham Jakarta dan Surabaya dengan kode KIAS.
Kini, saham KIAS diambilalih 95% oleh SCG Building Materials Co. Ltd, perusahaan industri bahan bangunan asal Thailand.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keramik Sepi Penjualan, Saham ARNA 'Ditinggal' Investor
