Batu Bara Makin Jaya, Pesta "Durian Runtuh" RI Bakal Lama?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus merangkak naik dan kini menembus level US$ 190 per ton.
Pada perdagangan Rabu (26/4/2023), harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 190 per ton. Harganya menguat 1,69%.
Harga tersebut adalah yang tertinggi dalam empat hari terakhir. Penguatan kemarin juga memperpanjang tren positif harga pasir hitam yang menguat dua hari beruntun dengan penguatan 2,1%.
Harga batu bara kembali naik karena permintaan dari China dan India diproyeksi meningkat. India tengah menghadapi gelombang panas yang akan meningkatkan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan.
China juga akan dihadapkan pada musim panas pada Juni-Agustus 2023.
Tiongkok tentu tidak ingin mengulangi peristiwa buruk pada musim panas lalu di mana mereka kekurangan pasokan listrik dan batu bara karena suhu yang meningkat drastis. Kedua negara sebetulnya sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari.
India sudah mengimpor batu bara sebanyak 2,2 juta ton atau naik 25% (month to month/mtm) pada Februari.
Produksi batu bara India juga ditingkatkan hingga mencapai 892 juta ton pada April 2022 hingga Februari 2023. Jumlah tersebut naik 14,7% (year on year/yoy).
Kantor Kepabeanan China melaporkan impor batu bara China pada kuartal I-2023 mencapai 101,8 juta, melonjak 96% dibandingkan periode yang sama.
Selama Maret saja, impor batu bara China menembus 41,17 juta ton, melesat 151%. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari 2020 atau pra-pandemi.
Berbeda dengan tahun lalu, aktivitas manufaktur China diharapkan sudah mulai menggeliat tahun ini. Kondisi tersebut akan semakin meningkatkan permintaan akan sumber energi sehingga Tiongkok mesti menaikkan pasokan listrik lebih besar.
Deepak Kannan, global head for coal pricing dari S&P Global Commodity Insights Ltd, memperkirakan harga batu bara bisa terus menguat US$ 80-85 per ton pada Juni-September.
"Dalam jangka pendek, harga batu bara akan sangat tergantung pada seberapa cepat ekonomi China dan dan seberapa besar impor mereka," tutur Kannan, dikutip dari BQ Prime.
Kenaikan permintaan ini tentu akan berimbas kepada negara pemasok, terutama Indonesia dan Rusia.
Ekspor batu bara Rusia ke China dan India melonjak drastic sejak tahun lalu. Embargo impor dari Eropa membuat Rusia terpaksa menjual batu bara dengan harga lebih murah. Kondisi ini menjadi keuntungan bagi China dan India.
Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri melaporkan China dan India masih menjadi pasar utama batu bara RI.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor batu bara ke India mencapai 23,97 juta ton pada kuartal I-2023 dengan nilai menembus US$ 1,91 miliar.
Ekspor batu bara RI ke China menembus 20,94 juta ton dengan nilai US$ 2,06 miliar pada kuartal I-2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcidonesia.com
(mae/mae)