
Krisis Bank AS Ngeri, Saham First Republic Anjlok 50% Sehari

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis perbankan di Amerika Serikat masih belum selesai. Bukti terbaru terlihat dari saham First Republic Bank ditutup turun 50% pada Selasa (25/4/2023).
Penurunan itu terjadi sehari setelah laporan pendapatan yang bermasalah dan panggilan konferensi dengan para analis di mana para eksekutif perusahaan menolak pertanyaan. Kecepatan penurunan memicu serangkaian penghentian perdagangan yang dipicu oleh volatilitas oleh New York Stock Exchange.
Pada hari Senin (24/4/2023), setelah penutupan perdagangan saham reguler, First Republic merilis hasil yang menunjukkan betapa berbahayanya masa depan bank tersebut sejak pertengahan Maret menyusul kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. First Republic mengatakan kliennya menarik US$ 102 miliar deposito pada kuartal pertama, lebih dari setengah dana pihak ketiga yang dipegang perusahaan pada akhir tahun lalu senilai $176 miliar.
Bank tersebut menerima bantuan sementara senilai US$30 miliar bulan lalu dari bank-bank terbesar di AS untuk membantu menopang bisnisnya. Namun, bank-bank itu dapat menarik kembali simpanan mereka di First Republic paling cepat Juli.
Pada kuartal pertama, First Republic juga meminjam US$92 miliar, sebagian besar dari Federal Reserve (The Fed) dan kelompok pemberi pinjaman yang didukung pemerintah. Pada dasarnya, mengganti simpanannya dengan pinjaman.
First Republic dianggap sebagai bank daerah yang paling rentan setelah krisis perbankan di bulan Maret. Apa yang terjadi dengan bank ini dapat mempengaruhi kepercayaan investor terhadap bank daerah lain dan sistem keuangan secara lebih luas.
Para eksekutif First Republic tidak berbuat banyak untuk membangun kepercayaan selama panggilan konferensi, hanya menawarkan 12 menit dari sambutan yang telah disiapkan. Bank juga mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan memangkas sebanyak seperempat dari tenaga kerjanya, dan memangkas kompensasi eksekutif dengan jumlah yang tidak ditentukan.
"Ini adalah masalah kepercayaan, seperti halnya bank mana pun, dan ketika kepercayaan hilang, uang akan hilang," tulis Aswath Damodaran, seorang profesor keuangan di Universitas New York, kepada The New York Times, dikutip Rabu (26/4/2023).
Sementara itu, pakar regulasi keuangan Columbia Law School Kathryn Judge menilai tidak ada solusi yang mudah untuk situasi First Republic ini. The Fed tidak dapat lagi mengambil beberapa risiko keuangan bank untuk memudahkan pengambilalihan seperti yang terjadi pada tahun 2008. Hal ini karena reformasi setelah krisis keuangan mengubah kekuatannya.
Sedangkan LPS AS, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mungkin dapat membantu dalam beberapa cara, kemungkinan besar akan menerapkan "pengecualian risiko sistemik," yang akan memerlukan persetujuan dari pejabat di beberapa Lembaga.
Namun jika bank gagal, pemerintah harus memutuskan apakah akan melindungi deposan yang tidak diasuransikan, yang juga bisa menjadi panggilan yang sulit.
"Benar-benar tidak ada jawaban yang mudah," kata Kathryn Judge.
Sampai saat ini, Perwakilan untuk The Fed dan FDIC menolak berkomentar.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dari AS hingga Eropa, Ini 5 Bank Besar yang Diterpa Krisis