
Jelang Lebaran, Saham-Saham Bank RI Mayoritas Jeblok Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan Indonesia kelompok KBMI 3-4 terpantau bervariasi dengan mayoritas melemah pada perdagangan sesi I Senin (17/4/2023).
Dari 13 saham bank KBMI 3-4, tercatat tujuh saham melemah, satu saham cenderung stagnan, dan lima saham menguat.
Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.990 | -1,67% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.790 | -0,71% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.950 | -0,56% |
Bank Mandiri | BMRI | 5.200 | -0,48% |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.260 | -0,40% |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.295 | -0,38% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.775 | -0,56% |
Bank Mega | MEGA | 4.980 | 0,00% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.425 | 0,27% |
Bank OCBC NISP | NISP | 850 | 0,59% |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.310 | 0,77% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 228 | 0,88% |
Bank Permata | BNLI | 970 | 1,04% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 09:28 WIB, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham bank yang koreksinya cukup besar pada pagi hari ini, yakni mencapai 1,67% ke posisi harga Rp 4.990/unit.
Saham BBRI terkoreksi parah setelah sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masanya pada perdagangan Jumat pekan lalu.
Sedangkan untuk saham bank raksasa secara mayoritas juga terkoreksi. Hanya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang menguat pada pagi hari ini, yakni menguat 0,27% ke posisi Rp 9.425/unit.
Perdagangan pasar saham di Indonesia yang hanya berlangsung selama dua hari pada pekan ini menjelang lebaran membuat suasananya cenderung sepi, sehingga pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih cenderung sideways, meski terlihat terkoreksi.
Selain itu, koreksi IHSG juga mengikuti pergerakan bursa global seperti Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu dan bursa Asia-Pasifik pada hari ini.
Investor masih cenderung khawatir bahwa data ekonomi dan tenaga kerja yang telah dirilis pekan lalu masih menunjukkan beragam.
Sejumlah data ekonomi AS seperti penjualan ritel, produksi industri dan sentimen konsumen pun masih bervariasi dan memperkuat harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bp) lagi pada pertemuan kebijakan bulan depan.
Ekspektasi tersebut digarisbawahi oleh Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, yang mengatakan kenaikan bunga 25 bp dapat memungkinkan The Fed untuk mengakhiri siklus pengetatannya.
Namun, para investor saat ini tetap bertaruh bahwa The Fed bakal mengambil jalur dovish, dengan pemangkasan suku bunga diproyeksikan dimulai musim panas nanti.
Di lain sisi, para investor akan menunggu efek kick off musim laporan laba (earnings season) perusahaan AS terhadap Wall Street dan bursa global.
Sebagian investor percaya musim laporan keuangan perusahaan AS, terutama perbankan kakap, yang solid bisa menjadi pendongkrak saham.
Wajar saja, sektor perbankan menjadi sorotan usai kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) cs dan kasus merger raksasa bank Swiss Credit Suisse ke UBS pada Maret lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMRI ATH Lagi di Rp 6.600, Saham Bank Jumbo Lain Ngikut?
