
Rupiah Pecah Rekor Rp 14.700/USD, BI Ungkap Pemicunya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Jumat (14/3/2023). Indeks dolar AS yang kembali jeblok membuat rupiah langsung melesat 0,47% ke Rp 14.680/US$. Menurut data Refinitiv, level tersebut merupakan yang terkuat sejak 13 Juni 2022.
Bank Indonesia (BI) melihat bahwa penguatan rupiah umumnya berasal dari faktor global. Terbukti, sebagian besar mata uang Asia juga mengalami penguatan. Namun demikian, sentimen dalam negeri juga turut memberikan andil dalam penguatan rupiah ini.
"Tentu sentimen pendorongnya dari global masih sama, dan tentunya didukung juga sentimen ekonomi domestik yang positif," kata Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/4/2023).
Dari dalam negeri, Edi melihat data ekonomi Indonesia masih positif baik domestik demand maupun sektor eksternal, yakni neraca berjalan, neraca perdagangan dan juga posisi cadangan devisa. Faktor eksternal inilah yang ikut mendorong penguatan rupiah.
Adapun, penguatan rupiah sebenarnya dipengaruhi oleh kembali jebloknya indeks dolar AS terjadi setelah harga produsen turun 0,5% pada Maret lalu dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut menjadi yang terbesar sejak April 2020, dan menjadi sinyal inflasi consumer price index (CPI) bisa terus menurun.
Rabu lalu, Inflasi pada Maret dilaporkan tumbuh 5% year on year (yoy), dari bulan sebelumnya 6%, dan lebih rendah dari ekspektasi 5,2%. Namun di sisi lain, inflasi Inti justru tumbuh 5,6% sesuai dengan ekspektasi analis dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya 5,5%.
Pasca rilis tersebut, bank sentral AS (The Fed) masih diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Mei nanti. Tetapi di sisi lain, pasar juga melihat probabilitas pemangkasan suku bunga pada Juli meningkat menjadi 50%, dibandingkan pekan lalu 38%, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.
Ekonom Senior Bambang Brodjonegoro memandang ruang penguatan rupiah masih terbuka sepanjang kinerja penanganan inflasi AS benar-benar terkendali sehingga The Fed semakin dovish.
"Jika The Fed tidak agresif maka indeks Dolar akan melemah dan rupiah bisa terus menguat," ujarnya dalam segmen Closing Bell, CNBC Indonesia TV. Selain itu langkah kerjasama dagang aliansi BRICS hingga ASEAN untuk mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS menjadi pendorong penguatan Rupiah.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer