"Hantu" Inflasi Perlahan Pergi, Rupiah Tembus Rp 14.700/US$?
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penguatan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih belum terbendung. Kemarin rupiah tercatat menguat hingga 0,84% ke Rp 14.750/US$, melansir data Refinitiv. Mata uang Garuda sudah menguat lima hari beruntun dan berada di level tersebut merupakan yang terkuat dalam delapan bulan terakhir.
Peluang berlanjutnya penguatan rupiah juga masih terbuka pada perdagangan Jumat (14/4/2023) dan mencatat pekan yang sempurna melihat indeks dolar AS yang jeblok 0,48% pada perdagangan Kamis.
Jebloknya indeks dolar AS terjadi setelah harga produsen turun 0,5% pada Maret lalu dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut menjadi yang terbesar sejak April 2020, dan menjadi sinyal inflasi consumer price index (CPI) bisa terus menurun.
Pasar pun melihat periode kenaikan suku bunga The Fed sebentar lagi akan berakhir.
Secara teknikal, rupiah saat ini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200. Sehingga ruang penguatan tentunya terbuka lebih besar.
Penguaran Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090/US$ yang sebelumya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah kini berada di dekat Fib. Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$ yang menjadi support kuat. Tetapi jika mampu ditembus dengan konsisten rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.700/US$, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih jauh lagi.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan stochastic masuk wilayah oversold, artinya ada risiko rupiah mengalami koreksi. Selama tertahan Fib. Retracement 61,8% ada risiko rupiah melemah ke Rp 14.800/US$ sampai Rp 14.830/US$.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(pap/pap)