Analisis Teknikal

Perhatian! IHSG Sedang Loyo dan Butuh Obat Kuat

Putra, CNBC Indonesia
Jumat, 14/04/2023 08:05 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,20% menjadi 6.785,59 pada Kamis (13/4/2023), meski asing melakukan pembelian bersih (net buy) Rp943,77 miliar di pasar reguler.

Sebanyak 317 saham melemah, 211 saham menguat, sementara 198 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp 9,6 triliun dengan melibatkan 17,42 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,27 juta kali.


Dalam lima hari perdagangan IHSG terkoreksi 0,50%. Sementara itu, secara year to date (ytd) indeks masih membukukan pelemahan sebesar 0,95%.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv setengah sektor melemah dengan sektor energi memimpin penurunan hampir 2%.

Investor merespons rilis data inflasi AS Rabu malam waktu Indonesia dan mencerna rilis risalah rapat FOMC The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Menurut data Departemen Ketenagakerjaan AS, inflasi AS mendingin pada Maret seiring kenaikan suku bunga AS tampaknya semakin terlihat dampaknya.

Menurut data Departemen Ketenagakerjaan AS, Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,1% pada Februari, sedikit lebih rendah dibandingkan estimasi Dow Jones 0,2%.

Sementara, inflasi tahunan mencapai 5%, lebih rendah dari estimasi 5,1%. Ini bisa memberikan The Fed ruang untuk kembali menghentikan sejenak kenaikan suku bunga pada bulan depan.

Data tersebut menunjukkan, inflasi memang masih di atas target 2% The Fed, tetapi setidaknya mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Investor akan menunggu rapat FOMC The Fed pada minggu pertama Mei untuk melihat langkah bank sentral Negeri Paman Sam tersebut ke depan.

Menurut alat FedWatch CME Group, pasar cenderung memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps bulan depan.

Hari ini, dari dalam negeri, sentimen minor soal pembagian dividen emiten sedikit banyak akan ikut mewarnai pergerakan saham.

Secara umum investor saham RI akan mempelajari respons Wall Street terhadap data indeks harga produksi (PPI) AS yang juga mendingin, seperti CPI, pada Kamis malam.

Selain itu, pelaku pasar akan menunggu efek kick off musim laporan laba perusahaan AS terhadap Wall Street dan bursa global, termasuk IHSG.

Analisis Teknikal

Foto: Teknikal
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Kamis (13/4), IHSG kembali tak bisa melewati resistance kuat berupa moving average (MA) 50 (6.814). Seperti pada rabu, candle yang terbentuk, berupa spinning top, mengindikasikan keraguan investor.

Ini berarti dalam 3 hari terakhir, IHSG masih belum berhasil menembus MA 50, dan sekaligus menandakan IHSG masih dalam fase konsolidasi.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun ke 50,12.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di atas garis sinyal dan bersiap membentuk death cross (pola pembalikan bearish).

Sedangkan, histogram kembali membentuk bar positif, walaupun dengan ukuran yang masih tergolong kecil.

Hari ini, IHSG berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah. Garis MA 50 (6.814) masih akan menjadi resistance terdekat, dengan support terdekat berada di 6.745.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat