Terkuak! Ini Alasan Peopleverse Fund Rutin Alihkan Saham GOTO

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Rabu, 12/04/2023 10:10 WIB
Foto: Sejumlah pengemudi Gojek bersiap untuk mengendarai motor listrik usai peresmian shelter motor listrik G20 di kawasan pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, Rabu (19/10/2022). Sebanyak 50 motor listrik dengan merek Gesits dan Gogoro disediakan Electrum untuk armada ojek online (ojol) Gojek dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022 mendatang di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu pemegang saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang kepemilikannya terus berkurang sejak akhir 2022 adalah GoTo Peopleverse Fund (GPF). GPF ini rutin melepas saham GOTO dalam jumlah sangat besar bahkan ada yang dilepas di harga Rp 2 per saham.

Mengacu pada prospektus resmi GOTO, saat IPO GPF menggenggam 106,9 miliar saham atau setara dengan 9,03% kepemilikan. Namun per akhir Desember 2022, jumlah kepemilikan GPF berkurang menjadi 85,4 miliar atau setara dengan 7,2% kepemilikan.

Hingga 31 Maret 2023, jumlah saham GOTO yang dimiliki oleh GPF juga terus menyusut menjadi 79,9 miliar, atau setara dengan 6,7% kepemilikan. Artinya sejak resmi melantai di bursa porsi saham GOTO yang dimiliki oleh GPF telah berkurang 2,3%.


Perlu diketahui bahwa GPF sebenarnya bukan pemegang saham GOTO layaknya investor publik atau reksadana. Merujuk pada dokumen resmi prospektus GOTO, GPF merupakan lembaga atau institusi yang mengurusi program kompensasi saham untuk karyawan, konsultan, mantan karyawan dan jajaran manajemen kunci GOTO.

Jadi, GPF adalah lembaga yang dibentuk khusus untuk membantu mengadministrasikan kompensasi berbasis saham untuk karyawan. Mengingat posisinya itu, maka bisa dikatakan bahwa GPF tidak seperti pemegang saham atau investor GOTO yang lain yang fokus mencari cuan dari berinvestasi.

Analis BCA Sekuritas Fakhrul Arifin menyampaikan bahwa penurunan kepemilikan saham GOTO oleh GPF merupakan hal yang wajar terjadi. Ke depan jumlah saham GOTO yang ada di GPF juga akan terus berkurang. Namun hal tersebut tidak bisa dimaknai sebagai aksi jual layaknya investor pada umumnya.

"Kepemilikan GPF atas saham GOTO memang akan terus berkurang ke depan. Ini wajar dan bukan merupakan exit strategy investor karena GPF memiliki fungsi mengatur lalu lintas kompensasi berbasis saham untuk karyawan GOTO. Maka itu, kita tidak bisa serta merta menyimpulkan bahwa penurunan kepemilikan saham GOTO di GPF sebagai aksi jual layaknya investor pada umumnya" papar Fakhrul.

Sejak melantai di bursa GPF memang rutin mengurangi kepemilikan saham GOTO. Bahkan di beberapa kesempatan transaksi yang terafiliasi dengan GPF menggunakan harga Rp 2/saham jauh di bawah harga pasar.

Kalau kepemilikan saham GOTO di GPF berkurang berarti mereka mendistribusikan saham tersebut ke partisipan yaitu karyawan GOTO. Soal harga Rp 2/saham itu adalah harga dan hak yang diperoleh karyawan karena kontribusinya terhadap perusahaan.

"Harga exercise karyawan memang berbeda-beda tergantung banyak faktor seperti masa bakti, prestasi, jabatan dan kontribusi. Proses exercise nya pun bertahap dan ada jangka waktunya," tambah Fakhrul.

Fakhrul juga menambahkan dikarenakan GPF hanya punya fungsi distribusi untuk saham karyawan serta memiliki domisili asing, maka setiap kali transaksi akan cenderung dicatat sebagai net foreign selling. Namun hal tersebut bukan seperti net sell pada umumnya karena GPF hanya memindahkan aset (saham GOTO) kepada pihak yang berhak yaitu karyawan.

Untuk diketahui, GOTO memang memiliki program kompensasi berbasis saham (Share Based Compensation/SBC) untuk karyawan. Kompensasi saham ini bisa dibilang semacam bonus dan bentuk renumerasi atau tunjangan lainnya. Hal ini merupakan fenomena yang lazim terutama di industry startup dan teknologi.

Kompetitor GOTO seperti Grab dan Sea pun melakukan hal yang serupa. Bahkan perusahaan sekelas Meta, induk usaha facebook dan Instagram yang sudah untung, masih menggunakan skema kompensasi berbasis saham untuk karyawannya.

"Model kompensasi berbasis saham itu banyak dipakai di startup karena memberikan insentif tidak dalam bentuk kas, maka likuiditas perusahaan bisa dioptimalkan untuk modal kerja lain bahkan investasi. Skema ini juga membantu untuk talent retention sehingga kepentingan karyawan dan perusahaan akan lebih selaras" pungkas Fakhrul.

Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI tertanggal 3 April 2023, GPF tercatat telah mengalihkan sebanyak 635.669.439 saham seri A GOTO atau setara dengan 0,7% kepemilikan di harga Rp 2-105/saham. Ini juga menjadi salah satu contoh transaksi pengalihan atau transfer kepemilikan saham untuk karyawan.

Dalam prospectus GOTO, adanya skema kompensasi berbasis saham yang lalu lintasnya di atur oleh GPF, tidak akan menimbulkan efek dilusi karena saham karyawan juga sudah ikut di-IPO-kan bersamaan dengan saham lainnya saat listing April tahun lalu.

Jadi, sekali lagi, GPF bukan lah investor pemburu cuan. Institusi ini dibentuk untuk mengadministrasikan saham milik karyawan dan manajemen yang harga jualnya sudah ditentukan di awal. Kalaupun harga saham GOTO lagi tinggi atau rendah, GPF tetap mengalihkan saham di harga yang sudah ditentukan.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BEI Minta Kejelasan Isu Merger GOTO & Grab