
Lebaran di Depan Mata, Saham Konsumer Kok Malah Loyo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Selasa (11/4/2023) hingga pkl 15.00 WIB beberapa emiten di sektor consumer mengalami koreksi. Sektor non-cyclical yang dimana didalamnya terdapat sektor consumer mengalami koreksi hingga 0,65%.
Dibawah ini beberapa emiten di sektor consumer yang mengalami penurunan harga.
Dari lima emiten diatas diketahui ULTJ, JPFA dan MAIN masih dalam trend penurunan. Selain itu, beberapa emiten di sektor consumer sudah merilis laporan keuangan hingga tahun 2022. Terdapat beberapa penurunan kinerja pada beberapa emiten di sektor consumer yang menyebabkan sektor consumer kurang bergairah akhir-akhir ini.
Selain itu tingginya harga-harga produk consumer yang belum turun menyebabkan inflasi pada bulan Maret meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Maret 2023 tercatat 0,18% (month to month/mtm). Inflasi memang menanjak dibandingkan pada Februari 2023 yang menyentuh 0,16% (mtm). Inflasi Maret 2023 (year on year/yoy) tercatat 4,97%, jauh lebih tinggi dibandingkan Maret 2022 yang tercatat 2,64%.
Namun penurunan ini bisa dikatakan hanya koreksi wajar. Diketahui nilai belanja pada Januari-Maret 2023 lebih tinggi dibandingkan pada kuartal I-2022. Meskipun secara volume, hanya meningkat tipis. Hanya wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang tumbuh dari sisi nilai volume.
Volume yang mengecil sementara secara nilai meningkat bisa menjadi sinyal naiknya barang-barang. Pasalnya, uang yang lebih besar justru hanya menghasilkan volume yang lebih kecil. Untuk belanja barang tahan lama, nilai dan volume belanja pada kuartal I-2023 bahkan terkontraksi masing-masing 3,6% (yoy) dan 6,5% (yoy). Nilai pembelian barang tahan lama tumbuh 7,5% sementara volumennya 1,6% pada kuartal I-2023. Pada kuartal I-2022, nilai belanja barang tahan lama tumbuh lebih dari 20%.
Menurut Data Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan penjualan eceran pada Februari turun 1,4% (mtm) pada Februari 2023, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya. Kontraksi dua bulan beruntun jelas tidak biasa menjelang Ramadan.
Namun, tekanan inflasi pada April 2023 akan meningkat, sementara Juli 2023 akan menurun. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) April 2023 tercatat sebesar 145,1, meningkat dibandingkan dengan indeks pada Maret 2023 sebesar 139,1, didorong oleh kenaikan harga selama periode HBKN Ramadan dan Idulfitri 2023. Sementara itu, IEH Juli 2023 tercatat 133,5, menurun dibandingkan dengan indeks pada Juni 2023 sebesar 138,3.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Japfa 2022 Jeblok 29% ke Rp1,4 T, Padahal Penjualan Naik