
Saham Bank Mulai Bergairah Lagi, Bakal Bertahan Lama?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham perbankan Indonesia kelompok KBMI 3-4 terpantau menguat pada perdagangan sesi I Rabu (5/4/2023).
Dari 13 saham bank KBMI 3-4, tercatat delapan saham menguat, dua saham cenderung stagnan, dan tiga saham melemah.
Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.250 | 2,88% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.715 | 2,69% |
Bank OCBC NISP | NISP | 810 | 1,89% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 236 | 0,85% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.860 | 0,83% |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.305 | 0,77% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.960 | 0,68% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.375 | 0,27% |
Bank Mandiri | BMRI | 5.200 | 0,00% |
Bank Permata | BNLI | 955 | 0,00% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.750 | -0,28% |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.365 | -0,36% |
Bank Mega | MEGA | 5.000 | -0,50% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 09:39 WIB, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menjadi saham bank yang penguatannya cukup besar pada pagi hari ini, yakni mencapai 2,88% ke posisi harga Rp 1.250/unit.
Sedangkan untuk saham bank raksasa secara mayoritas menguat. Untuk saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) cenderung stagnan di harga RP 5.200/unit dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,28% menjadi Rp 8.750/unit.
Prospek kenaikan suku bunga yang kembali muncul menjadi penopang sebagian besar saham perbankan di RI pada pagi hari ini.
Naiknya harga minyak mentah membuat inflasi cenderung sulit turun dan juga membuat bank sentral utama berpotensi mempertahankan sikap hawkish-nya dalam waktu yang lebih lama, demi menjinakan inflasi.
Tetapi, data terbaru dari tenaga kerja di AS yang mulai memburuk membuat pasar semakin yakin bahwa bank sentral utama dapat lebih dovish.
Laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta.
Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.
Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta sejak Mei 2021 atau 21 bulan terakhir. Jumlah lapangan kerja baru juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 10,4 juta.
Anjloknya lapangan kerja baru di AS tentu saja menjadi kabar baik bagi emas.
Dengan lapangan kerja yang turun artinya sinyal melandainya inflasi semakin kencang. Sebelumnya, inflasi AS, indeks harga produsen, dan indeks pengeluaran pribadi warga AS juga melandai.
Data-data tersebut menjadi sinyal ada pelemahan ekonomi AS. Artinya, ada peluang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk melunak.
Ekspektasi pasar kini menunjukkan 43% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan Mei mendatang. Sebanyak 57% atau mayoritas melihat The Fed akan menahan suku bunga.
Selain itu, periode dividen yang tinggal menyisakan periode pembagian di saham-saham bank raksasa RI juga menjadi pendorong saham perbankan RI.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMRI ATH Lagi di Rp 6.600, Saham Bank Jumbo Lain Ngikut?
