Berlari Kencang, Rupiah Awas Terpleset!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat lima hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin. Dengan penguatan yang cukup tajam dalam hampir sebulan terakhir, risiko koreksi rupiah tentunya cukup besar pada perdagangan Rabu (5/4/2023).
Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan Selasa di Rp 14.985/US$, menguat 0,47% di pasar spot. Dalam dua hari perdagangan rupiah mampu menguat 0,63%, sementara sebelumnya juga sudah menguat tiga pekan beruntun dengan total 3%.
Rupiah kini berada di level terkuat sejak 3 Februari.
Secara teknikal, rupiah saat ini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200. Sehingga ruang penguatan tentunya terbuka lebih besar.
Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah juga mampu melewati level psikologis Rp 15.000/US$, dan kini berada di area support Rp 14.900/US$ - Rp 14.840/US$. Peluang penguatan rupiah hari ini masih di kisaran Rp 14.840/US$, untuk menguat lebih jauh level tersebut perlu ditembus dengan konsisten.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan stochastic masuk wilayah oversold, artinya ada risiko rupiah mengalami koreksi. Jika kembali ke atas Rp 14.900/US$, rupiah berisiko melemah ke kisaran Rp 14.960/US$.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(pap/pap)