Hari Pertama Jam Perdagangan Normal, IHSG Cerah!

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
03 April 2023 09:22
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan perdana pekan ini, Senin (3/4/23) menguat, naik 0,44% menjadi 6.835,08.

Pada pukul 09.03, indeks masih menguat 0,43% ke level 6.834,73. Perdagangan menunjukkan terdapat 219 saham menguat, 158 saham turun sementara 203 lainnya mendatar.

Perdagangan juga mencatatkan sebanyak 970 juta saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 526 miliar.

Pasar saham Indonesia (IHSG) pada pekan ini akan sangat dipengaruhi oleh rilis data tenaga kerja AS dan data ekonomi China. Data tenaga kerja AS akan menjadi penentu kebijakan The Fed, apakah akan bersikap dovish atau hawkish dalam memangkas suku bunga.

Selain itu, data aktivitas manufaktur dan jasa di AS juga perlu dicermati oleh investor sebagai tolok ukur sektor manufaktur di AS di tengah tren suku bunga tinggi dan ukuran kekuatan ekonomi AS. Data aktivitas manufaktur China juga perlu dicermati, meski melandai, tetapi masih berada di zona ekspansif, yang bisa mempengaruhi pemulihan ekonomi China dan kawasan Asia-Pasifik.

Investor juga harus memantau data aktivitas manufaktur dan inflasi periode Maret 2023 dari dalam negeri. Data aktivitas manufaktur yang diperkirakan melandai menjadi 50, namun masih berada di zona ekspansif. Sedangkan, inflasi RI diperkirakan kembali melonjak secara bulanan menjadi 0,3%, namun secara tahunan turun menjadi 5,3%.

Meski begitu, kenaikan inflasi fenomena Ramadan masih perlu dipantau, terutama pada periode April. Oleh karena itu, para investor perlu mengambil keputusan investasi dengan hati-hati dan berhati-hati dalam mengambil risiko.

Sentimen lain yang akan mempengaruhi arah gerak IHSG adalah keputusan Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ untuk mengurangi produksi minyak mentah. Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ lainnya pada hari Minggu (2/4/2023) mengumumkan pengurangan produksi minyak mentah lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari. Keputusan ini bisa kembali melambungkan harga minyak mentah.

Kenaikan harga komoditas minyak mentah dunia yang diakibatkan oleh pengurangan produksi minyak oleh Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ lainnya, dapat berdampak ganda terhadap pasar keuangan di Indonesia.

Di satu sisi, kenaikan harga minyak dapat kembali memicu inflasi global dan domestik, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena kenaikan harga minyak mentah akan meningkatkan biaya produksi dan transportasi, yang kemudian dapat berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Selain itu, Indonesia adalah salah satu negara importir minyak mentah di dunia. Kenaikan harga minyak mentah juga dapat membuat impor minyak mentah Indonesia meningkat.

Apabila impor meningkat, maka surplus neraca perdagangan bisa terkikis sehingga rupiah tertekan. Kenaikan harga minyak juga bisa mendorong pemerintah menaikkan harga BBM baik subsidi maupun non subsidi. Akibatnya, konsumsi rumah tangga bisa terganggu.

Namun, disisi lain, kenaikan harga minyak dapat memberikan dampak positif bagi emiten minyak seperti PT Adaro Energy, PT Rukun Raharja, dan Medco Energy International. Kenaikan harga minyak mentah dapat meningkatkan pendapatan dan laba bagi emiten, sehingga dapat berdampak positif pada kinerja saham mereka.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular