Review Sepekan

Harga Batu Bara 'Mantul' Lagi Pekan Ini, Efek China & India?

Market - Chandra Dwi, CNBC Indonesia
02 April 2023 14:15
A pile of coal is seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara acuan sepanjang pekan ini kembali menguat, meski penguatannya cenderung terpangkas dari pekan sebelumnya.

Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Mei 2023 terpantau menguat 0,34% secara point-to-point (ptp).

Pada perdagangan Jumat (31/3/2023), harga batu bara acuan terpantau melesat 2,93% ke posisi US$ 193/ton.

Sepanjang pekan ini, pergerakan harga batu bara juga masih cenderung volatil, di mana sentimen dari meningkatnya permintaan dari China dan India belum mampu membuat batu bara bergerak lebih stabil.

Pembelian batu bara yang cukup kencang mayoritas berada di negara-negara Asia, terutama China dan India.

Dikutip dari Reuters, impor batu bara China diperkirakan akan menembus 26,82 juta ton pada Maret 2023, tertinggi sejak Januari 2017.

Jumlah tersebut melonjak 41% dibandingkan bulan sebelumnya dan melesat 70% dibandingkan Maret 2022.

Impor India diperkirakan menembus 12,52 juta ton pada Maret tahun ini, tertinggi sejak Agustus 2022. Jumlah tersebut melonjak 21% (month-to-month/mtm).

Vietnam juga diperkirakan akan mengimpor batu bara dalam jumlah besar, yakni sebanyak 1,68 juta ton pada Maret 2023, tertinggi sejak Agustus tahun lalu.

Impor Filipina diperkirakan melonjak menjadi 3,3 juta ton pada Maret, tertinggi sejak Juni 2022.

Pengecualian terjadi pada Pakistan dan Jepang. Impor Pakistan pada Maret 2023 diperkirakan hanya 142.441 ton.

Jumlah lebih rendah dibandingkan rata-rata bulanannya yakni di kisaran 1-1,5 juta ton per bulan. Pakistan tengah kesulitan membayar impor karena ekonomi mereka yang ditimpa masalah keuangan.

Impor Jepang juga diperkirakan jatuh menjadi 10,16 juta ton pada Maret tahun ini, terendah sejak November 2022. Turunnya impor Jepang lebih disebabkan oleh proyeksi berkurangnya penggunaan listrik karena berakhirnya musim dingin di sebagian besar Negara Sakura.

"Harga batu bara memang sempat naik tetapi kenaikannya moderat. Harga juga turun karena impor sepertinya akan turun dalam beberapa bulan depan," tutur analis Reuters Clyde Russel.

Di lain sisi, menurut analis batu bara Wood Mackenzie, Adam Woods, menjelaskan bahwa harga batu bara yang masih cenderung melemah karena pasokan yang memadai, terutama di kawasan Eropa.

"Kekhawatiran pasar kini sudah berganti dari kekhawatiran mengenai kekurangan pasokan menjadi over capacity. Ada kemungkinan pasokan batu bara yang ada melebihi dari yang dibutuhkan pada 2023," tuturnya, dikutip dari Wall Street Journal.

Musim dingin yang lebih hangat menjadi salah satu faktor mengapa pasokan batu bara di Eropa kini sangat memadai.

Eropa memborong batu bara dalam jumlah besar pada tahun lalu setelah mengembargo batu bara Rusia. Mereka juga mengimpor dalam jumlah besar untuk mengantisipasi musim dingin.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

India Umumkan Aturan Darurat Soal Batu Bara, RI Bakal Untung?


(chd/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading